1. Pengertian
turbo marmoratus (siput batu laga)
Turbo marmoratus umumnya dikenal sebagai Turban
sorban marmer, Turban shell hijau, atau siput hijau atau di Maluku dikenal
dengan nama Siput Batu Laga dan
merupakan siput laut dari famili Turbinidae yang besar, dengan tempurung tebal
dan operkulum besar mengkilat yang menutup pintu belakang ketika hewan masuk ke
dalam shell (cangkang) untuk keamanan dari pemangsa atau ketika merasa
terganggu. Selain itu, cangkang dari marmer juga digunakan sebagai nacre dan di
beberapa tempat opercula telah digunakan sebagai pemberat kertas.
Cangkang yang berwarna hijau pada
waktu muda yang dimiliki siput ini berfungsi untuk melindungi bagian tubuh
lunaknya. Pada saat ukuran cangkangnya sudah mencapai 15 cm atau lebih, warna
hijau tertutup oleh alga dan biota penempel (fouling organism) sehingga tampak
hanya warna cokelat atau putih kusam. Cangkang bagian dalam warnanya tetap
mengkilap seperti perak. Tubuhnya terdiri dari badan dan kaki sebagai alat
gerak, kepala dengan tentakel dan sepasang mata. Pada tubuh yang lunak menempel
operkulum yang tersusun dari zat tanduk berwarna putih berbentuk cembung pada
sisi luarnya dan berfungsi sebagai pelindung dirinya dari serangan musuh.
klasifikasi :
Empire Eukaryota
Kingdom Animalia
Phylum Mollusca
Class Gastropoda
Order Archaeogastropoda
Family Turbinidae
Genus Turbo
Species Turbo marmoratus
Di
Maluku, Turbo marmoratus atau Siput Mata Bulan lebih dikenal dengan nama batu
laga atau batu goyang. Ukurannya dapat mencapai 20 cm dan beratnya lebih dari 3
kg. Nelayan telah lama memanfaatkan cangkangnya sebagai bahan kancing baju,
kerajinan tangan atau dijual sebagai souvenir dan dagingnya dikonsumsi.
2.
Reproduksi
Turbo
marmoratus memiliki sifat seksual dimorfisme artinya jenis kelamin terpisah dan
dapat dibedakan secara morfologi. Sifat seksual ini dapat dilihat dari bentuk
genital papila yang berfungsi sebagai organ sex. Organ sex jantan berbentuk
pipa dengan panjang sekitar 3 – 5 mm berwarna jingga muda sedangkan organ
betina bentuknya melebar menyerupai biji kacang dengan ukuran 15 – 20 mm.
Siput hijau yang tinggal di habitat terumbu karang diperkirakan dewasa secara seksual pada ukuran sekitar 110-120 mm . Pada penetasan di Tonga, individu dewasa yang menetas ukurannya lebih kecil, yakni 70-90 mm. Pada garis lintang yang lebih tinggi, siput hijau muncul untuk berkembang biak hanya pada bulan-bulan musim panas ketika suhu air lebih tinggi, tapi di lintang rendah, hewan dewasa berkembang biak berulang kali sepanjang tahun (Yamaguchi, 1993). Fekunditas meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran, tetapi telah diperkirakan sampai 7 juta telur pada turbo marmoratus betina yang memiliki berat sekitar 2- 3kg. Tidak seperti lola, telur dari siput hijau tidak memiliki lapisan jelly.
Siput hijau yang tinggal di habitat terumbu karang diperkirakan dewasa secara seksual pada ukuran sekitar 110-120 mm . Pada penetasan di Tonga, individu dewasa yang menetas ukurannya lebih kecil, yakni 70-90 mm. Pada garis lintang yang lebih tinggi, siput hijau muncul untuk berkembang biak hanya pada bulan-bulan musim panas ketika suhu air lebih tinggi, tapi di lintang rendah, hewan dewasa berkembang biak berulang kali sepanjang tahun (Yamaguchi, 1993). Fekunditas meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran, tetapi telah diperkirakan sampai 7 juta telur pada turbo marmoratus betina yang memiliki berat sekitar 2- 3kg. Tidak seperti lola, telur dari siput hijau tidak memiliki lapisan jelly.
Organ sex pada siput ini terlindung oleh cangkang sehingga untuk memeriksanya harus dengan mengangkat cangkangnya dan membiarkan bagian tubuhnya yang lunak keluar dengan memberikan siraman air laut lewat selang plastik pada bagian kepalanya. T. marmoratus diperkirakan matang gonad pada umur 3 – 4 tahun dan pertumbuhan cangkangnya 2-3 cm diameter pertahun.
Untuk bereproduksi, sperma laki-laki dan telur perempuan dilepaskan ke dalam kolom air di mana mereka tumbuh dan berkembang menjadi larva planktonik yang umumnya menetap sampai menjadi juvenil beberapa hari.
3. Potensi
Pemanfaatan
a. pemanfaatan cangkang
Turbo marmoratus merupakan salah
satu hasil perikanan di Kepulauan Solomon, Papua Nugini dan Vanuatu. Spesies
ini hidup di perairan dangkal atau perairan pasang surut daerah rataan terumbu
karang. Pada akhir tahun 1980-an nilai ekspor T. marmoratus dari Kepulauan
Solomon mencapai 3 ton/ tahun. Papua Nugini mengekspor T. marmoratus sebanyak
60 ton/tahun dalam periode 1950-1984 dan Vanuatu mengekspor 21 ton/tahun antara
tahun 1966-1982 (Robert et al. 1982 dalam Liemana 2002). Pemanfaatan yang
intens ini merupakan tekanan yang sangat berat terhadap salah sumberdaya
perikanan ini. Menurut (Williams. S. 2004)
Panen
dunia T. marmoratus diperkirakan :
• 800 ton pada tahun 1986
Hal ini terus dipancing oleh penggunaan shell nacreous (cangkang) untuk :
• pembuatan tombol
• Sebagai bahan tatahan untuk vernis, seni kerajinan tangan mebel dan perhiasan
• 800 ton pada tahun 1986
Hal ini terus dipancing oleh penggunaan shell nacreous (cangkang) untuk :
• pembuatan tombol
• Sebagai bahan tatahan untuk vernis, seni kerajinan tangan mebel dan perhiasan
Operkulum berkapur yang berat besar juga bisa dijadikan sebagai barang kerajinan dan perdagangan-shell. Daging hewan ini juga dapat dimakan dan merupakan makanan penting nelayan dan masyarakat lokal di seluruh Indo-Pasifik Barat (Williams. S. 2004). Di beberapa negara seperti Cina dan Jepang, bubuk cangkang digunakan sebagai bahan pengganti kalsium karbonat untuk membuat tanah liat cair dalam produksi keramik. Campuran cangkang keong dan kerikil dapat digunakan sebagai bahan pembuat beton dan semen. Selain itu, zat kapur dari cangkang juga digunakan dalam industri lem atau perekat.
4. Konservasi
Pelajari lebih lanjut, apa tindakan yang diambil untuk bisa mengembalikan stok yang hilang ?. Turbo marmoratus telah menjadi fokus dari perikanan yang intens selama abad terakhir. Untuk meningkatkan dan mengembalikan stok, spesies ini telah menjadi fokus dari program budidaya di negara-negara Indo-Pasifik Barat seperti Indonesia dan Vanuatu, dan juvenil telah diintroduksi ke Tonga, Samoa dan Polinesia Perancis Samoa (Bell, J D and Gervis, M.,1999).
Dengan berbagai jenis keong yang ada di Indonesia dan permintaan keong laut yang besar dari negara Eropa, Amerika, dan Jepang, maka pemerintah hendaknya dapat mendukung usaha untuk tujuan ekspor baik dalam skala kecil dan skala menengah. Kampus dengan sumberdaya yang dimilikinya adalah salah satu sumber ilmu yang diperlukan untuk dapat mengelola sumber daya alam tersebut dan hanya dapat berperan efektif jika tersedia basis data tentang potensi dan peluang pengembangannya.
Sumber
http://www.wikipedia.com
No comments:
Post a Comment
Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :