Tuesday, December 12, 2017

ISTILAH IKHTIOLOGI

A.     ISTILAH IKHTIOLOGI
Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “Ichthyes” yang artinya ikan dan “Logos” artinya ilmu. Ichtyologi adalah suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan dan segala aspek kehidupan ikan yang meliputi taksonomi, biologi (morfologi, anatomi, fisiologi, genetika, reproduksi, dll) dan ekologi (struktur komunitas, populasi, habitat, predator, dan persaingan serta penyakitnya) (Rahardjo, 1985).
 Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang. Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (ekternal anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan. Struktur internal dan eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit. Ichtyologi mampu memberikan gambaran ikan secara lengkap kepada dunia perikanan baik secara external maupun internal, tidak hanya sekedar anatomi ikan saja. Oleh karena itu banyak kepentingan dunia perikanan yang dipelajari dan dipecahkan dengan bersumber dari ichtyologi (Rahardjo, 1985).
B.     TUJUAN MEMPELAJARI IKHTIOLOGI
Tujuan dari mempelajari Ikhtiologi dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu sebagai berikut :
1.      Morfologi Ikan
a.    Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi bentuk luar tubuh ikan dari ikan elasmobranchi (chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
b.    Membuat dan mengetahui deskripsi luar atau morfologi serta melakukan pengukuran terhadap bagian–bagian tubuh ikan dan membandingkannya dengan kunci identifikasi, antara lain :
·      Susunan, jenis dan rumus sirip
·      Jenis sisik dan penghitungan sisik
·      Tipe ekor
·      Bentuk mulut
·      Perbandingan antar bagian tubuh ikan
·      Bentuk dan jumlah filamen insang
·      Tanda-tanda khusus seperti sungut, fin let, lateral keel, adipose dll
2.      Anatomi ikan
1.    Sistem Digestoria (Sistem Pencernaan)
a.  Mempelajari dan mengetahui sistem pencernaan makanan ikan elasmobranchi (chodrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
b.  Mengetahui sistem organ pencernaan makanan ikan.
c.  Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi makanan ikan.
d.  Menentukan food dan feeding habit pada ikan.
2.    Sistem Muscularia (Sistem Otot)
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi otot atau urat daging pada ikan.
3.    Sistem Skeleton (Sistem Rangka)
a.    Mempelajari dan mengetahui struktur rangka ikan dari ikan teleostei (osteichthyes).
b.    Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka Axial.
c.    Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka Apendicular.
4.    Sistem Respiratoria (Sistem Pernafasan)
a.    Mempelajari dan mengetahui sistem respirasi dan organ respirasi dari ikan elasmobranchi (chodrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
b.    Menyebutkan bagian-bagian insang pada ikan elasmobranchi (chodrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
c.    Menyebutkan alat bantu pernafasan ikan pada elasmobranchi (chodrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
d.    Mengetahui dan menunjukkan letak gelembung renang pada ikan teleostei.
5.    Sistem Reproduksi
a.    Mempelajari dan mengetahui sistem dan organ reproduksi ikan elasmobranchi (chodrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
b.    Membedakan organ reproduksi ikan dan mengetahui posisi gonad
3.      Taksonomi ikan
Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan ikan.
C.     PEMBAHASAN
C.1 Morfologi Ikan
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit (Djuhanda, 1985).
Pada ikan dan pada hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi menjadi tiga bagian yakni bagian kepala, badan dan ekor, namun pada setiap jenis ikan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis ikannya (perhatikan morfologi ikan pada Gambar 1) .
Image result for morfologi ikan 
Adapun organ-organ yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah:
1. Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung operkulum (tutup insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada bagian kepala ini antara lain adalah mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung, mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada beberapa ikan terdapat alat pernapasan tambahan, dan sebagainya.
2. Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang sampai pangkal awal sirip belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur. Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain adalah sirip punggung, sirip dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad, gelembung renang, dan sebagainya.
3. Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip belakang/dubur sampai dengan ujung terbelakang sirip ekor. Adapun yang ada pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur, sirip ekor, dan pada ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet, dan sebagainya. 
Bentuk tubuh atau morfologi ikan erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih dahulu kita lihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) ikan tersebut. Dengan melihat morfologi ikan maka kita akan dapat mengelompok-ngelompokan ikan/hewan air, dimana sistem atau caranya mengelompokan ikan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi ikan. Dengan demikian, maka sistematika atau taksonomi ini merupakan ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan ikan/hewan air atau hewan lainnya (Rahardjo, 1985).
C.2 Bentuk Tubuh Ikan
Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang tubuh seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan kemudahan ikan dalam menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal (fusiform) (Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988).
Secara umum, bentuk tubuh ikan terbagi atas enam jenis yang terdiri dari :
Image result for bentuk tubuh ikan
2 Bentuk dan Posisi Mulut Ikan
a)   Bentuk Mulut
Ada beberapa macam bentuk mulut ikan. Bentuk mulut ikan antara jenis ikan satu dengan jenis ikan lainnya berbeda-beda tergantung pada jenis makanan yang dimakannya. Secara umum ada empat jenis mulut ikan yaitu:
1. Bentuk seperti tabung
2. Bentuk seperti paruh
3. Bentuk seperti gergaji
4. Bentuk seperti terompet
b)   Posisi Mulut
Posisi mulut pada ikan juga bervariasi tergantung dimana letak habitat makanan yang akan dimakannya. Ada empat macam posisi mulut ikan yakni seperti gambar berikut;
Image result for bentuk mulut ikan
1. Posisi terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung (Gambar a)
2. Posisi sub terminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung (Gambar b)
3. Posisi superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung (Gambar c)
4. Posisi inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung (Gambar d)
C.3 Bentuk dan Rumus Sirip Ikan
a)   Bentuk dan Jenis Sirip Ikan
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi (Rahardjo, 1986).
 Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu :
1.    Pinna dorsalis (dorsal fin)
Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.
2.    Pinna pectoralis (pectoral fin)
Adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
3.    Pinna ventralis (ventral fin)
Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
4.    Pinna analis (anal fin)
Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
5.    Pinna caudalis (caudal fin)
Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
6.    Adipose fins
Adalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis.
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras; Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2.  Jari jari sirip lemah; Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbuku- buku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras; Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.
Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki suatu jenis ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :
1.    Protocercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung ekor.
2.    Diphycercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip.
3.     Heterocercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih pendek.
4.     Homocercal, merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh jari-jari sirip ekor.
b.) Rumus Sirip
Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-­jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus. ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi (Rahardjo, 1985).
Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan. Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah (Rahardjo, 1985).
C.4 Pengukuran Tubuh Ikan
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan penggolongan. Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain juga melalui lengkungan badan. Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:
a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai bagian sirip ekor paling posterior.
b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai pangkal batang ekor (caudal penducle)
c.  Panjang sampai lekuk ekor atau Fork length (FL) diukur dari bagian paling anterior sampai lekukan sirip ekor.
d.  Linkar badan ikan (LL) diukur dari bagian sirip perut melingkar pada tubuh ikan smpai kembali ke sirip perut.
e. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir  (premaxilla) hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum.
f. Panjang batang ekor (LCP) diukur mulai dari jari terakhir sirip dubur hingga pertengahan pangkal batang ekor.
g. Panjang moncong (SNL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengahan garis vertikal yang menghubungkan bagian anterior mata.
h. Tinggi sirip punggung (DD) diukur mulai dari pangkal hingga ujung pada jari-jari pertama sirip punggung.
i. Diameter mata (ED) diukur mulai dari bagian anterior hingga posterior bola mata, diukur mengikuti garis horisontal.
j. Tinggi batang ekor (DCP) diukur mulai dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor.
k. Tinggi badan diukur (BD) secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip punggung hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut. (Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988).
C.5 Sistem Integumen pada Ikan
Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada. Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi yang beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup (Rahadjo, 1980).
Yang termasuk dalam sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya (Rahadjo, 1980).
Sistem integumen yang berhubungan langsung dengan lingkungan tempat hidup memiliki berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu :
1. Pertahanan fisik
Merupakan fungsi utama dari integument yaitu sebagai pertahanan pertama dari infeksi, paparan sinar ultra violet [UV] dan gesekan tubuh dengan air atau benda keras lainnya.
2. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan dilakukan oleh integumen kelompok amphibian dan ikan memiliki sistem tersendiri dalam proses keseimbangan cairan yaitu dengan menggunakan insangnya.
3. Thermoregulasi
Thermoregulasi dilakukan oleh vertebrata dengan jalan memasukkan dan mengeluarkan panas secara bergantian melalui aliran darah pada kulit.
4. Warna
Warna yang ada pada integurnen ikan digunakan sebagai alat komunikasi, tingkah laku seksual, peringatan dan penyamaran untuk mengelabui predator.Warna yang dihasilkan akan berbeda-beda yang disebabkan karena perbedaan tempat hidup dari ikan tersebut.
5. Pergerakan
Pergerakan ikan dipengaruhi pula oleh keberadaan sisik yang membantu dalam meningkatkan kemampuan berenang ikan yang menghadapi halangan kuat.
6. Respirasi
Respirasi ikan tidak menggunakan kulit sebagai sarananya tetapi dilakukan oleh golongan Amphibian. Hal ini dilakukan karena kulit merupakan lapisan yang relatif tipis, selalu basah dan terdapat banyak pembuluh darah sehingga pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat berlangsung.
7. Kelenjar kulit
Pada kulit terdapat kelenjar yang memungkinkan ikan dapat mengeluarkan pheromone untuk menarik pasangannya dan sebagai alat untuk menetapkan daerah territorial. Selain itu, kelenjar kulit juga dapat menghasilkan zat-zat racun yang berguna untuk mencari mangsa ataupun untuk pertahanan din’ dari predator.
8. Keseimbangan garam dilakukan pada kulit dan insang yaitu dengan pengaturan kadar garam cairan tubuh ikan [osmoregulasi] sehingga cairan dalam tubuh akan tetap stabil sesuai dengan lingkungan dimana ikan berada
9. Organ indera Kulit memiliki sel-sel yang berfungsi sebagai reseptor dari stimulus lingkungan.(Rahadjo, 1980)
a)   Sisik Ikan
Ikan mempunyai bentuk, ukuran dan jumlah sisik yang dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam. Jenis sisik yang dimiliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannva, yaitu:
1. Sisik Placoid, yaitti sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan disebut dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya memiliki lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine yang berisi pembuluh dentinal.
2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie, lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine.
3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar b erupa pemunpukan garani-garam anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat substansi tulang isopedine.
4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik ini paling banyak ditemui pada kebanyakan ikan.
Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk sisik tersebut, yaitu:
1.  Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdamputgan atau sebelah menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.
2.    Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan pertumbuhan yang sebelah menyebelah.
3.    Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
4.    Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir pada bagian anteriornya.
(Rahadjo, 1980).
Selain jenis sisik yang menjadi kriteria bagi suatu jenis ikan tertentu, jumlah sisik ikan juga perlu diperhatikan :
1.    Jumlah sisik pada gurat sisi merupakan jumlah pori-pori pada gurat sisi atau jika gurat sisi tidak sempurna atau tidak ada, maka jumlah sisik yang dihitung adalah jumlah sisik yang biasa ditempati gurat sisi atau disebut deretan sisik sepanjang sisi badan. Penghitungan sisik ini dimulai dari sisik yang menyentuh tulang bahu hingga pangkal ekor.
2.    Jumlah sisik melintang badan merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal sirip punggung atau sirip punggung pertama dan antara gurat sisi dan awal sirip dubur. Sisik yang terdapat di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung ½.
3.    Jumlah sisik di depan sirip punggung meliputi semua sisik di pertengahan punggung antara insang dan awal sirip punggung.
4.    Jumlah sisik di sekeliling batang ekor meliputi jumlah baris sisik yang melingkari batang ekor pada bidang yang tersempit.
5.    Jumlah sisik di sekeliling dada merupakan jumlah sisik di depan sirip punggung yang melingkari dada(Rahadjo, 1980)
Ada juga satu obyek dalam sifat meristik adalah menghitung jumlah sisik yang dilalui oleh linea lateralis (1:1). Penghitungan sisik pada linea lateralis ini dimulai dari ujung anterior operculum terbelakang dan berakhir pada bagian caudal peduncle atau pangkal batang ekor. Jika terdapat lebih dari satu linea lateralis maka yang dihitung adalah yang sisik yang terletak di tengah. Seadainya linea lateralis tidak jelas ataupun tidak ada maka dihitung jumlah sisik di tempat biasanya garis rusuk tersebut berada (Rahadjo, 1980).

b)   Gurat Sisi
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf. Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya (Manda et al., 2005).
C.6 Anatomi ikan
C.6.1 Sistem rangka ikan
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan berfungsi pula dalam pembentukkan butir darah merah (Rahardjo, 1985).
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang organ tubuh, melindungi organ tubuh, dan menunjang pembentukan butiran darah merah (Sugiri, 1992).
Menurut Rahardjo (1985), Rangka pada ikan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.      Rangka axial, terdiri dari :
·        Tulang tengkorak
Secara umum perkembangannya  berasal dari tiga sumber, yaitu :
·        Dermocranium, yaitu tulang tengkorak yang asalnya dibuat dari sisik yang berfungsi sebagai dermis.
·        Chondrocranium, yaitu pembungkus otak yang berasal dari tulang rawan.
·        Splanchnocranium, yaitu tulang tengkorak yang berasal dari rangka penyokong lengkung insang.
            Umumnya tulang - tulang dermal membentuk atap tengkorak. Sepasang tulang parietal terletak didaerah atap tengkorak paling belakang. Sepasang tulang frontal yang merupakan keeping dermal yang luas berkembang tepat didepan tulang parietal. Sepasang tulang nasal yang bentuknya memanjang dan terletak diantara dua lubang hidung. Beberapa tulang dermal yang terdapat pada tulang- tulang tersebut yaitu post frontal, prefrontal, postnarietal, dan masih banyak lagi. Sepasang tulang lacrimal terdapat pada bagian anterior sisik tengkorak .Pada bagian telinga terdapat pada tulang squamosal, yang merupakan tulang dermal. Rahang atas terdiri dari tulang maxilla dan premaxila.Permaxilla dan maxilla pada beberapa ikan terutama ikan buas, seringkali dilengkapi dengan gigi-gigi. Tulang dermal yang terdapat pada langit-langit mulut ialah  prevomer, endopterygoid, ectopterygoid, palatine (masing-masing terdiri atas satu pasang) dan pharaspenoid (satu buah). Tulang dermal yang terdapat pada rahang bawah ialah dentary, splenial, angular dan articular. Tulang dentary yang dilengkapi deangan gigi-gigi. Tulang punggung dan tulang rusuk. Secara emnbriologik, tulang punggung berkebang dari sceletome yang terdapat pada sekeliling notochorda dan batang saraf,tiap-tiap pasang sceletome berkembangmenjadi empat pasang rawan yang dinamakan arcualia (Rahardjo, 1985).
            Dua pasang arcuale terletak diatas notochorda, Bagian depan disebut basidorsal yang akan berkembang menjadi lengkungneural dan bagian belakang dinamakan interdorsal. Dua pasang arcuela lagi terdapat pada bagian bawah notochorda yang didepan dinamakan basiventral yang berkembangmenjadi lengkung haimal, sedangkan bagian belangkang interventral. Interventral daninterdorsal pada conricthye berkembang menjadi kuping intercalary yang terdapat pada ruas tulang punggung. Jadi ruas tulang punggung dibentuk oleh arcualia yang mengadakan invasi mengelilingi notochorda. Berdasarkan pembentukannya, terdapat dua macam tulang punggung yang monospondyly dan diplospondyly. Tulang punggung yang monospondyly dibentuk dari persatuan interdorsal dan interventral suatu somite dengan basidorsal dan basiventral somite dibelakangnya (Rahardjo, 1985).
a.     Tulang punggung dan tulang rusuk
Secara embriotik tulang punggung berkembang menjadi scelerotome yang terdapat pada sekeliling notochondria dan batang saraf. Tiap pasang scelerotome berkembang menjadi empat pasang tulang rawan yang dinamakan areulia. Tulang punggung badan dan tulang punggung ekor. Tiap-tiap ruas di daerah badan dilengkapi dengan sepasang tulang rusuk kiri dan kanan untuk melindungi organ dalam rongga badan (Rahardjo, 1985).        
2.    Rangka visceral
 Rangka ini terdiri dari struktur tulang yang menyokong insang dan mengelilingi pharynk. Struktur ini terdiri dari tujuh lengkung tulang insang. Dua lengkung insang yang pertama menjadi bagian dari tulang tengkorak, sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai penyokong insang(Rahardjo, 1985).
3.    Rangka apendikular
Rangka apendikular adalah tulang penyokong sirip dan pelekatnya. Pada ikan terdapat lima macam sirip, yaitu sirip tunggal (sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur) dan sirip berpasangan (sirip dada dan sirip perut) (Rahardjo, 1985).
Sistem skeleton merupakan sistem tulang rangka.  Secara embriologi, tulang punggung berkembang dari scerotome yang terdapat di sekeliling notochord dan batang saraf. Tulang punggung di daerah badan (abdominal) dibentuk bersamaan dengan tulang di daerah ekor (caudal). Tiap ruas tulang di daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk (pleural rib) kiri dan kanan yang berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalam rongga badan.  Pada batang ekor bagian bawah terdapat satu cucuk hemal (hemal spine) dan pada bagian atas terdapat cucuk neural (neural spine) (Rahadjo, 1980).
C.6.2  Sistem Pencernaan Ikan
Menurut Rahardjo (1985), sistem digestoria meliputi 2 bagian yaitu pencernaan dan kelenjar pencernaan.
1.      Pencernaan
Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.
a.       Mulut
      Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak berkembng dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang (ikan famili scaridae, diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung (Rahardjo, 1985).
b.      Rongga mulut
      Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi makanan
c.       Farings
      Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
d.       Esofagus
      Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi)
e.        Lambung
      Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan-ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk menggerus makanan (pencernaan secara fisik).
f.         Pilorus
      Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
g.        Usus ( intestinum)
      Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan
h.        Rektum
      Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.
i.          Kloaka
      Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki organ tersebut.
j.         Anus
      Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada.(Rahardjo, 1980).
2.    Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu, saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada rongga tubuh bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ hati. Secara umum hati berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan empedu (Rahardjo, 1985).
Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan (Rahardjo, 1985).
C.6 3 Sistem Pernafasan Ikan
Organ utama untuk pernafasan dari dalam media air pada ikan adalah insang. Udara pernafasan diambil melalui mulut dan keluar melalui dubur. Insang terdapat di dalam rongga insang yang berasal dari kantong insang. Pada waktu embrio, kantong merupakan sepasang penonjolan ke arah luar dari lapisan endodermal di daerah anterior saluran pencernaan embrio (Rahardjo, 1985).
Ikan membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Pada umumnya, oksigen masuk ke dalam tubuh ikan melalui jaringan dalam insang dengan cara difusi, yaitu terbawa dalam aliran darah dimana melekul oksigen ini menempel pada hemoglobin darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh. Peredaran darah dalam filamen insang merupakan pertemuan antara pembuluh darah yang berasal dari jantung. Pada tiap filamen ingsang ini terdiri dari lamela insang, yaitu tempat terjadinya pertukaran gas (Rahadjo, 1980).
Mekanisme pernapasan pada ikan golongan elasmobranchii terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah otot corocoid dan corobranchial berkontraksi sehingga air masuk melalui rongga mulut melalui proses pengisapan. Tahap kedua adalah otot abductor rahang atas dan bawah melemas, sedangkan tulang lengkung ingsang atas dan bawah berkontraksi. Tahap ketiga adalah otot adductor intercual melemas dan  beberapa otot lain berkontraksi untuk mempersempit rongga insang sehingga air dipaksa masuk melalui lamela insang (Rahadjo, 1980).
1.    Insang pada ikan elasmobranchia
Pada ikan ini belum terdapat tutup insang, sehingga celah insang langsung berhubungan dengan lingkungan. Celah insang berjumlah 5 pasang, pada jenis-jenis tertentu sering dijumpai 6-7 pasang celah insang. Pada keadaan biasa air masuk dari mulut melalui insang di dalam rongga insang kemudian dikeluarkan melalui celah insang. Pertukaran oksigen dan karbondiok-sida, terjadi di dalam lamela insang (Rahardjo, 1985).
Setiap lengkung insang pada elasmobranchia disokong oleh rangka yang melengkung, terdiri dari :
a.        Tapis insang, terdapat pada dasar lengkung insang mengarah ke dalam rongga pharing. Berfungsi untuk menapis bahan makanan yang terbawa bersama air pernafasan, yang kemudian diteruskan ke dalam oesophagus.
b.      Jari-jari insang, melekat pada bagian luar dari leng¬kung insang mengarah ke permukaan tubuh sebagai penguat struktur insang.
c.       Lamela insang, berupa rambut yang halus terbungkus oleh epithelium tipis dengan satu ujungnya melekat pada jari-jari insang penuh dengan kapiler darah. Di sini terjadi proses pernafasan di dalam insang.(Rahardjo, 1985)
2.    Insang pada ikan osteichthyes
Pada ikan ini operculum yang tersusun atas 4 potong tulang dermal, yaitu operculum, properculum, interculum, dan sub operculum. Selaput tipis bekerja sebagai klep pada celah insang. Bagian depan dari selaput melekat pada operculum, sedangkan pada bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput kulit tipis ini disebut membran branchiostegii yang disokong oleh beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharing disebut radii branchiostegii. Septum insang hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang, serta kadang-kadang insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang untuk setiap lengkung insang ber-jumlah 5, tetapi lengkung insang 1 dan 5 berupa hemibranchia, hanya lengkung kedua, tiga dan empat saja yang berupa holobranchia. Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian belakang lengkung insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan saja (Rahardjo, 1985).
C.6.4 Sistem Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru. (Yushinta Fujaya, 2004).
Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :
1.      Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.
2.      Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.
3.      Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers.
 Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina (biseksual/dioecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu :
1.  Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.
2.  Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya apakah jantan atau betina.
Selain gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh individu ditemukan dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus subligerius dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus auratus dan Pagellus centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri. Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk individu yang pada awalnya berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba (Anne Ahira, 2011)
Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer sering memerlukan pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala juga tidak memberikan hasil yang nyata (Anne Ahira, 2011)
Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Bentuk tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan ikan jantan, terutama ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias) dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang (Anne Ahira, 2011).
Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies, dalam hal ini sirip anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat pada ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan Carreproctus betina (Anne Ahira, 2011).
Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis humilis, jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan betinanya (Anne Ahira, 2011).
C.6.5 Sistem Sirkulasi
Sistem Circulatoria (peredaran darah) terdiri dari jantung (yang merupakan pusat pemompaan darah) dan pembuluh darah. Pembuluh darah ini adalah vena (yang membawa darah menuju ke jantung), arteri (yang membawa darah dari jantung) dan kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena). Darah merupakan suatu cairan yang dinamakan plasma, tempat beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan tersuspensi. Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal (Rahadjo, 1980).
Jantung ikan terletak pada ruang pericardial di sebelah posterior dan terdiri dari dua ruang, yaitu atrium dan ventricle. Pada jantung terdapat ruang tambahan yang disebut sinus venosus yang berdinding tipis. Pada elasmobranchii, conus arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil,  sedangkan bulbus arteriosus yang berdinding tebal menjadi bagian dari perluasan sebagian aorta ventral (Rahadjo, 1980).
Darah pada ikan berfungsi sebagai alat transport sisa oksidasi, menjaga tubuh mengedarkan darah, mengedarkan hormon dari kelenjar buntu,dan menghindarkan tubuh dari infeksi. Komponen darah pada ikan yaitu :
1.  Plasma darah, yaitu cairan darah yang mengandung butiran darah merah,
     mineral dari sisa makanan, sisa dari bagian tubuh yang tidak terpakai, enzim, gas dan hormon.
2.  Sel Darah
a.  Erytrocite
-   Bentuk oval dengan inti berdiameter 7-36 mikron
-   Mengandung Hb yang mengikat karbohidrat dan O2
b.  Leucocyte
-   Bentuk ameboid, berinti sel cekung
Menurut Rahardjo (1985), peredaran darah pada ikan dilakukan oleh organ:
1. Jantung        
2. Pembuluh Darah
3. Pembuluh Limfa
Sistem Circulatoria (peredaran darah) terdiri dari jantung (yang merupakan pusat pemompaan darah) dan pembuluh darah. Pembuluh darah ini adalah vena (yang membawa darah menuju ke jantung), arteri (yang membawa darah dari jantung) dan kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena). Darah merupakan suatu cairan yang dinamakan plasma, tempat beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan tersuspensi. Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal (Rahadjo, 1985). 
Jantung ikan terletak pada ruang pericardial di sebelah posterior dan terdiri dari dua ruang, yaitu atrium dan ventricle. Pada jantung terdapat ruang tambahan yang disebut sinus venosus yang berdinding tipis. Pada elasmobranchii, conus arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil,  sedangkan bulbus arteriosus yang berdinding tebal menjadi bagian dari perluasan sebagian aorta ventral (Rahadjo, 1980).

2.1.4        Sistem Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru. (Yushinta Fujaya, 2004).
Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :
1.      Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.
2.      Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.
3.      Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers.
 Secara umum ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina (biseksual/dioecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu :
1.  Kelompok yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.
2.  Kelompok yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya apakah jantan atau betina.
Selain gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh individu ditemukan dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus subligerius dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus auratus dan Pagellus centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri. Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk individu yang pada awalnya berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba (Anne Ahira, 2011)
Perbedaan seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer sering memerlukan pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala juga tidak memberikan hasil yang nyata (Anne Ahira, 2011)
Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Bentuk tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan ikan jantan, terutama ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang timbul tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan. Contoh kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias) dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang (Anne Ahira, 2011).
Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies, dalam hal ini sirip anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat pada ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan Carreproctus betina (Anne Ahira, 2011).
Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis humilis, jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan betinanya (Anne Ahira, 2011).
C.6.6 Sistem Sirkulasi
Sistem Circulatoria (peredaran darah) terdiri dari jantung (yang merupakan pusat pemompaan darah) dan pembuluh darah. Pembuluh darah ini adalah vena (yang membawa darah menuju ke jantung), arteri (yang membawa darah dari jantung) dan kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena). Darah merupakan suatu cairan yang dinamakan plasma, tempat beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan tersuspensi. Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal (Rahadjo, 1980).
Jantung ikan terletak pada ruang pericardial di sebelah posterior dan terdiri dari dua ruang, yaitu atrium dan ventricle. Pada jantung terdapat ruang tambahan yang disebut sinus venosus yang berdinding tipis. Pada elasmobranchii, conus arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil,  sedangkan bulbus arteriosus yang berdinding tebal menjadi bagian dari perluasan sebagian aorta ventral (Rahadjo, 1980).
Darah pada ikan berfungsi sebagai alat transport sisa oksidasi, menjaga tubuh mengedarkan darah, mengedarkan hormon dari kelenjar buntu,dan menghindarkan tubuh dari infeksi. Komponen darah pada ikan yaitu :
1.  Plasma darah, yaitu cairan darah yang mengandung butiran darah merah,
     mineral dari sisa makanan, sisa dari bagian tubuh yang tidak terpakai, enzim, gas dan hormon.
2.  Sel Darah
a.  Erytrocite
-   Bentuk oval dengan inti berdiameter 7-36 mikron
-   Mengandung Hb yang mengikat karbohidrat dan O2
b.  Leucocyte
-   Bentuk ameboid, berinti sel cekung
Menurut Rahardjo (1985), peredaran darah pada ikan dilakukan oleh organ:
1. Jantung        
2. Pembuluh Darah
3. Pembuluh Limfa
Sistem Circulatoria (peredaran darah) terdiri dari jantung (yang merupakan pusat pemompaan darah) dan pembuluh darah. Pembuluh darah ini adalah vena (yang membawa darah menuju ke jantung), arteri (yang membawa darah dari jantung) dan kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena). Darah merupakan suatu cairan yang dinamakan plasma, tempat beberapa bahan terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan tersuspensi. Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal (Rahadjo, 1985). 
Jantung ikan terletak pada ruang pericardial di sebelah posterior dan terdiri dari dua ruang, yaitu atrium dan ventricle. Pada jantung terdapat ruang tambahan yang disebut sinus venosus yang berdinding tipis. Pada elasmobranchii, conus arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil,  sedangkan bulbus arteriosus yang berdinding tebal menjadi bagian dari perluasan sebagian aorta ventral (Rahadjo, 1980).
C.7 Klasifikasi dan taksonomi ikan
Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik secara biologi maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan identifikasi adalah:
§  Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-­jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
§  Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.
§  Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.
§  Bentuk sirip dan gigi
§  Tulang-tulang insang.
Berikut adalah unit-unit yang mencakup semua vertebrata yang biasa disebut sebagai ikan:
·      Subkelas Pteraspidomorphi (ikan tak berahang primitif)
o   Kelas Thelodonti
o   Kelas Anaspida
o   Kelas Galeaspida
o   Kelas Pituriaspida
o   Kelas Osteostraci
·       Infrafilum Gnathostomata (vertebrata berahang)
o   Kelas Placodermi (ikan berperisai, punah)
o   Kelas Chondrichthyes (ikan bertulang rawan: hiu, pari)
o   Kelas Acanthodii (hiu berduri, punah)
·       Superkelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati)
o   Kelas Actinopterygii (ikan bersirip kipas)
o   Kelas Sarcopterygii (ikan sirip berdaging/ikan bersirip cuping)
§  Subkelas Coelacanthimorpha (coelacanth)
§  Subkelas Dipnoi (ikan paru) (Saanin,1986)

Klasifikasi dan taksonomi merupakan salah satu hal penting dalam mempelajari ilmu perikanan. Mempelajari taksonomi berarti mengetahui pengelompokan suatu individu berdasarkan perbedaan dan persamaannya sedangkan taksonomi mempelajari tentang asal usul suatu individu.  (Saanin,1986)
     Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga bidang - bidang lain seperti ekologi, fisiologi. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi menjadi enam kategori yaitu :
1) pengukuran morfometrik,
2) ciri meristik,
3) ciri-ciri anatomi,
4) pola warna,
5) kariotipe, dan
6) elektroforesis.
C.7.1 Pengukuran morfometrik
Merupakan beberapa pengukuran standar yang digunakan pada ikan antara lainpanjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor. Keterangan mengenai pengukuran–pengukuran ini dibuat oleh Hubbs & Lagler (1964). Pada pengukuran ikan yang sedang mengalami pertumbuhan digunakan rasio dari panjang standar. Ikan yang digunakan adalah ikan yang diperkirakan mempunyai ukuran dan kelamin yang sama. Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan tidak selalu proporsional dan dimorfime seksual sering muncul pada ikan (tetapi seingkali tidak jelas). Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan. (Saanin,1986)
C.7.2 Ciri meristik
Merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ciri meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut, salinitas, atau ketersediaan sumber makanan yang mempengaruhi pertumbuhan larva ikan (Saanin,1986).
C.7.3 Ciri-ciri anatomi
Sulit untuk dilakukan tetapi sangat penting dalam mendeskripsi ikan. Ciri-ciri tersebut meliputi bentuk, kesempurnaan dan letak linea lateralis, letak dan ukuran organ-organ internal, anatomi khusus seperti gelembung udara dan organ-organ elektrik (Saanin,1986)
C.7.4 Pola pewarnaan
Merupakan ciri spesifik, sebab dapat berubah sesuai dengan umur, waktu, atau lingkungan dimana ikan tersebut didapatkan. Hal ini merupakan bagian penting dalam mendeskripsi setiap spesies, misal pola pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ reproduksi, jenis kelamin. Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan sebagai alat taksonomi adalah subjektivitas yang tinggi dalam mendeskripsi ikan (Saanin,1986).
Sel khusus yang memberikan warna khusus pada ikan ada dua yaitu iriclocyte dan chromatophore. Iriclocyte disebut sel cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna, yaitu guanin kristal (Rahardjo, 1986).
Menurut Rahardjo (1986), chromatophore dasar ada empat jenis, yaitu :
1.      Erythrophore (merah dan jingga)
2.      Xanthophore (kuning)
3.      Malanophore (hitam)
4.      Leucophore (putih) (Saanin,1986).
Menurut Rahardjo (1986), warna ikan disebabkan karena pigmen pembawa warna (biochrome) antara lain :
1.      Carotenoid                           :     kuning, merah, dan corak lain
2.      Cromolipod                          :     kuning sampai coklat
3.      Indigoid                                :     biru, merah, dan hijau
4.      Melanin                                :     hitam atau coklat
5.      Porpyrin / pigmen empedu  :     merah, kuning, hijau dan coklat
6.      Flavin                                   :     kuning, kehijau-hijauan
7.      Purin                                    :     putih atau keperakan
8.      Pterin                                   :     putih, kuning, merah, jingga.(Saanin,1986).
C.7.5 Kariotipe
      Merupakan deskripsi dari jumlah dan morfologi kromosom. Jumlah krosmosom tiap sel tampaknya menjadi ciri-ciri ikan secara konservatif dan digunakan sebagai indikator dalam famili. Jumlah lengan kromosom seringkali lebih jelas dari pada jumlah krosmosom. Teknik lain yang digunakan berkaitan juga dengan kariotiping, adalah penghitungan jumlah DNA tiap sel. Namun, jumlah DNA cenderung berkurang pada spesies terspesialisasi (Hidengarrner & Rosen,1972 dalam Moyle & Cech,1988).
C.7.6 Elektroforesis
      Merupakan teknik yang digunakan untuk mengevaluasi kesamaan protein. Contoh jaringan diperlakukan secara mekanis untuk mengacak struktur membran sel, agar melepaskan protein yang larut air. Selanjutnya, protein ini diletakkan dalam suatu gel, biasanya terbuat dari pati atau agar, yang selanjutnya diperlakukan dengan menggunakan arus litrik. Kecepatan pergerakan respon protein untuk berpindah atau bergerak tergantung pada ukuran molekulnya. Kesamaan genetik dari indiviual dan spesies dapat dibandingkan dengan ada atau tidak adanya protein yang dibedakan berdasarkan letak dalam gel. Elektroforesis dapat digunakan untuk menguji variasi genetik dalam populasi (Saanin,1986).

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Sjafei, D.S., Rahardjo, M.F. dan Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan, Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 215 hal

Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
Djuanda, T. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis Perikanan, Bandung
Rahadjo, M.F. 1985. Ictiologi Sebagai Pedoman Kerja Praktikum. IPB, Bogor
Rahardjo,MF.1980. Ichtyologi. IPB:IPB


No comments:

Post a Comment

Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :