Sunday, March 12, 2017

pengertian ekosisitem estuari



Ekosistem Estuari

Nah, teman-teman pasti tau apa itu ekosistem estuari, atau jagan-jangan teman baru mendengarnya, kali ini teman-teman pasti tau dari yang tidak tau menjadi tau, dan dari yang tau menjadi lebih tau lagi,,hehehehJ

Pengertian Ekosistem estuari?

Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi-tertutup yang memiliki badan air dengan hubungan terbuka antara perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh sungai. Percampuran ini terjadi paling tidak setengah waktu dari setahun. Pada wilayah tersebut terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau (brackish).

Wilayah ini meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuari dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat dinamis. Karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik maupun biologis. Sehingga estuari memiliki sifat yang unik akibat adanya percampuran antara massa air laut dan tawar membuat tingkat salinitas yang dimiliki dapat berubah-ubah atau memiliki fluktuasi tersendiri. Berubahnya salinitas estuari dapat dipengaruhi oleh adanya pasang surut air dan musim. Selama musim kemarau, volume air sungai yang masuk berkurang, sehingga air laut dapat masuk sampai ke daerah yang lebih tinggi atau hulu dan menyebabkan salinitas yang dimiliki wilayah estuari meningkat. Sebaliknya yang terjadi apabila pada musim penghujan air tawar yang masuk dari hulu ke wilayah estuari meningkat sehingga salinitas yang dimiliki rendah (Barus, 2002).
Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat menunjang produktifitas perairan di wilayah estuari yang melebihi produktifitas laut lepas dan perairan air tawar. Oleh karena itu, lingkungan wilayah estuari menjadi paling produktif.

Pembagian dan Macam-Macam Tipe Estuari
Estuari sebagai sebuah ekosistem memiliki macam-macam tipe dilihat dari berbagai aspek, yaitu:
1.      Perbedaan salinitas di wilayah estuari mengakibatkan terjadinya proses pergerakan massa air. Air asin yang memiliki massa jenis lebih besar dibandingkan dengan air tawar menyebabkan air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar ke permukaan menuju laut. Sistem sirkulasi seperti inilah yang menyebabkan terjadinya proses up-welling. Yaitu prosespergerakan antar massa air laut dan tawar yang menyebabkan terjadinya stratifikasi atau tingkatan-tingkatan salinitas. Sehingga terbentuklah beberapa tipe estuari, yaitu:
a.       Estuari positif (baji garam)
Estuari tipe ini memiliki ciri khas yaitu gradien salinitas di permukaan lebih rendah dibandingkan dengan salinitas pada bagian dalam atau dasar perairan. Rendahnya salinitas di permukaan perairan disebabkan karena air tawar yang memiliki berat jenis lebih ringan dibanding air laut akan bergerak ke atas dan terjadi percampuran setelah beberapa saat kemudian. Kondisi ini, juga dapat disebabkan pula oleh rendahnya proses penguapan akibat sedikitnya intensitas matahari yang masuk pada wilayah estuari. Tipe estuari ini dapat ditemukan di wilayah sub tropis yang mana terjadinya penguapan rendah dan volume air tawar yang relatif banyak. Sedangkan untuk wilayah tropis sendiri, dapat pula ditemukan tipe ini apabila terjadi musim penghujan. Yang mana intensitas cahaya matahari pada musim tersebut sedikit dan massa air tawar yang masuk lebih besar(Knox, 1986).
b.      Estuari negatif
Estuaria tipe ini biasanya ditemukan di daerah dengan sumber air tawar yang sangat sedikit dan penguapan sangat tinggi seperti di daerah iklim gurun pasir. Keadaan dari estuari tipe ini dikarenakan oleh air laut yang masuk ke daerah muara sungai melewati permukaan sehingga mengalami sedikit pengenceran karena bercampur dengan air tawar yang terbatas jumlahnya. Lalu tingginya intensitas cahaya matahari menyebabkan penguapan sangat cepat sehingga air permukaan hipersalin (banyak mengandung garam) (Knox, 1986).
c.       Estuari sempurna
Percampuran sempurna menghasilkan salinitas yang sama secara vertical dari permukaan sampai ke dasar perairan pada setiap titik. Estuaria seperti ini kondisinya sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain: volume percampuran masa air, pasang surut, musim, tipe mulut muara dan berbagai kondisi khusus lainnya. Estuaria percampuran sempurna kadang terjadi atau ditemukan di daerah tropis khususnya ketika volume dan kecepatan aliran air tawar yang masuk ke daerah muara seimbang dengan pasang air laut serta ditunjang dengan mulut muara yang lebar dan dalam (Knox, 1986).
2.      Berdasarkan geomorfologi, iklim, dan sejarah geologinya estuari dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
a.       Estuari dataran pesisir
Estuari ini terbentuk pada akhir jaman es, ketika permukaan laut menggenangi lembah sungai yang letaknya lebih rendah dibanding dengan permukaan laut itu sendiri.
b.      Estuari tektonik
Terjadi karena turunnya permukaaan daratan sehingga daerah tertentu khususnya didekat pantai digenangi air.
c.       Estuari semi-tertutup (gobah)
Terbentuk karena adanya gumuk pasir yang sejajar dengan garis pantai dan sebagian wilayahnya memisahkan perairan yang terdapat dibelakang gumuk dengan air laut. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya gumuk yang merupakan tempat penampungan bagi air tawar dari daratan. Salinitas yang terdapat dalam gobah bervariasi tergantung keadaan iklim, ada tidaknya aliran sungai yang masuk, dan luas wilayah gumuk pasir membatasi masuknya aliran air laut yang masuk.

d.      Fjord
Tipe ini sebenarnya adalah lembah yang telah mengalami pendalaman akibat gleiser. Kemudian kubangan yang terbentuk digenangi air laut. Tipe ini memiliki ciri khas berupa suatu ambang yang dangkal pada mulut muaranya (Kramer et al, 1994).

Jenis Flora dan Fauna (komponen biotik) yang hidup di ekosistem perairan Estuari

Lingkungan estuari merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta hewan dan tumbuhan.  Pada daerah-daerah tropis seperti di lingkungan estuari umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang disebut Mangrove.  Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove ini lah kita akan menemukan berjuta hewan yang hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini. 
Komponen biotik merupakan komponen-komponen yang terdiri atas makhluk hidup. Komponen biotik yang terdapat pada Ekosistem Estuari dapat dikelompokan menjadi:
a.       Organisme autotrop, merupakan organisme yang dapat mengubah bahan organik menjadi anorganik (dapat membuat makanan sendiri). Organisme autotrop dibedakan menjadi dua tipe:
-          Fotoautotrop adalah organisme yang dapat menggunakan sumber energi cahaya untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Contohnya adalah tumbuhan hijau pada ekosistem estuari.
-          Kemoautotrop adalah organisme yang dapat memanfaatkan energi dari reaksi kimia untuk membuat makanan sendiri dari bahan organik (Welch, 1953).
Berbagai organisme autotrof ini bertindak sebagai produsen, karena kemampuannya untuk mengubah zat anorganik menjadi organik yang dibutuhkan oleh organisme lain yang dapat pula disebut sebagai produsen. Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada paparan pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang merupakan tumbuhan berbunga, dan beberapa jenis alga, antara lain alga berfilamen seperti Enteromorpha sp. dan Padina sp. Di dalam kolam air estuari dijumpai fitoplankton, seperti diatom atau dinoflagellata.
b.      Organisme heterotrop, adalah organisme yang memperoleh bahan organik dari organisme lain. Contohnya hewan, jamur, dan bakteri non autotrop dapat disebut sebagai konsumen.
Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan. Sumber makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di dalam kolam air dan di dasar estuari. Sebagian besar hewan konsumen primer terdapat di dasar estuari, seperti teritip (Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong (Bivalvia dan Gastropoda) yang berada di permukaan dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang hidup di dalam lumpur, seperti cacing. Juga tak kalah dengan predator besar, seperti: Baronang, Kerapu, Kepiting, Cucut, dan Salmon(Nontji, 1993).
c.       Organisme Pengurai atau dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai di daerah estuari adalah kepiting, kerang-kerangan, bakteri, cacing laut, dan jamur.
Sebagai lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar (eurihaline), estuari menyimpan berjuta keunikan yang khas.  Hewan-hewan yang hidup pada lingkungan perairan ini adalah organisme yang mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut.  Dan yang paling penting adalah lingkungan perairan estuari merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsur terpenting bagi pertumbuhan fitoplankton.  Inilah sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuari.
Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuari di kenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan, invertebrate (Crustacean, Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih banyak lagi kelompok infauna).  Dibandingkan dengan tempat lain, spesies estuaria sangat sedikit. 
Variasi sifat habitat terutama salinitas membuat estuaria menjadi habitat yang keras dan sangat menekan bagi kehidupan organisme. Untuk dapat hidup dan berhasil membentuk koloni di daerah ini organisme harus mempunyai kemampuan untuk beradaptasi secara khusus. Adapun bentuk adaptasi tersebut adalah:
a.       Adaptasi Morfologis
Organisme yang mendiami substrat berlumpur sering kali beradaptasi dengan membentuk rumbai-rumbai halus atau rambut atau setae yang menjaga jalan masuk ke ruang pernapasan agar permukaan ruang pernapasan tidak tersumbat oleh partikel Lumpur. Organisme yang memiliki kemampuan adaptasi seperti ini adalah kepiting estuaria, dan beberapa anggauta dariGastropoda. Adaptasi yang lain adalah ukuran tubuh. Organisme estuaria umumnya mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di laut. Contohnya adalah kepiting (Ucha) yang memiliki ukuran kecil, hal ini terjadi karena sebagian besar energi yang dimilikinya dipergunakan untuk beradaptasi menyesuaikan dengan kadar garam lingkungan.
b.      Adaptasi Fisiologis
Adaptasi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme estuaria adalah berhubungan dengan keseimbangan ion cairan tubuh menghadapi fluktuasi salinitas eksternal. Kemampuan osmoregulasi sangat diperlukan untuk dapat bertahan hidup. Organisme yang memiliki kemampuan osmoregulasi dengan baik disebut osmoregulator contohnya Copepoda, Cacing Polychaeta dan Mollusca. Organisme yang memiliki kemampuan osmoregulasi rendah disebut osmokonformer. Kemampuan mengatur osmosis menurut beberapa ahli sangat dipengaruhi oleh suhu. Di daerah tropic dengan suhu air lebih tinggi dan perbedaan suhu antara air tawar dan air laut kecil, biasanya dihuni oleh species estuaria lebih banyak, dan species lautan yang stenohalin dapat masuk lebih jauh ke hulu.
2.  Adaptasi Tingkah laku
Salah satu bentuk adaptasi tingkah laku yang dilakukan oleh organisme estuaria adalah membuat lubang ke dalam Lumpur. Ada dua keuntungan yang didapatkan dari organisme yang beradaptasi seperti ini. Pertama, adalah dalam pengaturan osmosis. Keberadaan di dalam lubang berarti mempunyai kesempatan untuk berhubungan dengan air interstitial yang mempunyai variasi salinitas dan suhu lebih kecil dari pada air di atasnya. Kedua, membenamkan diri ke dalam substrat berarti lebih kecil kemungkinan organisme ini dimakan oleh pemangsa yang hidup di permukaan substrat atau di kolam air. Adaptasi tingkahlaku lainnya adalah dengan cara bergerak ke hulu atau ke hilir. Tingkahlaku ini akan menjaga organisme tetap berada pada daerah dengan kisaran toleransinya. Contohnya beberapa species kepiting seperti Rajungan (Calinectes sapidus), ikan belanak (Mugil mugil), Ikan baung, Ikan bandeng dan lain-lain (Kramer, 1994).

SUMBER
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pengelolaan     Secara Terpadu dan    Berkelanjutan. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Jawa Barat.

Brotowidjoyo, Mukayat D, dkk. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Yogyakarta: Liberty.

Dahuri et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.

No comments:

Post a Comment

Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :