Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebaran ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
A. deskripsi
Katsuwonus pelamis merupakan ikan berukuran sedang dari
familia Scombridae (tuna). Satu-satunya spesies dari genus Katsuwonus. Ikan berukuran terbesar, panjang tubuhnya bisa
mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang yang banyak tertangkap
berukuran panjang sekitar 50 cm. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack
tuna. Adapun klasifikasi cakalang adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Famili
:Scombridae
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus
pelamis
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyebaran ikan cakalang
1. Kondisi
Oseanografi
a.
Suhu
Suhu
permukaan laut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menduga keberadaan
organisme di suatu perairan, khususnya ikan. Hal ini karena sebagian besar
organisme bersifat poikilotermik. Tinggi rendahnya suhu permukaan laut pada
suatu perairan terutama dipengaruhi oleh radiasi. Perubahan intensitas cahaya
akan mengakibatkan terjadinya perubahan suhu air laut baik horizontal,
mingguan, bulanan maupun tahunan. Pengaruh suhu secara langsung terhadap
kehidupan di laut adalah dalam laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses
fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme dan siklus reproduksi. Secara
tidak langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan
untuk respirasi biota laut. Pengaruh suhu terhadap tingkah laku ikan akan
terlihat jelas pada waktu ikan melakukan pemijahan. Setiap ikan mempunyai
kisaran suhu tertentu untuk melakukan pemijahan, bahkan mungkin dengan suatu
siklus musiman yang tertentu pula.
Aktifitas
metabolisme serta penyebaran ikan dipengaruhi oleh suhu perairan dan ikan
sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 oC
sekalipun. Suhu merupakan faktor penting untuk menentukan dan menilai suatu
daerah penangkapan ikan. Berdasarkan variasi suhu, tinggi rendahnya variasi
suhu merupakan faktor penting dalam penentuan migrasi suatu jenis ikan. Pada
suatu daerah penangkapan ikan cakalang, suhu permukaan laut yang disukai oleh
jenis ikan tersebut biasanya berkisar antara 16-26 oC, walaupun
untuk Indonesia suhu optimum adalah 28-29 oC dan suhu yang ideal
untuk melakukan pemijahan 280 C – 290 C. Penyebaran ikan
cakalang di suatu perairan adalah pada suhu 17-23 oC dan suhu
optimum untuk penangkapan adalah 20-22 oC dengan lapisan renang
antara 0-40 m. Ikan cakalang sensitif terhadap perubahan suhu, khususnya waktu
makan yang terikat pada kebiasaan-kebiasaan tertentu. Suhu yang terlalu tinggi,
tidak normal atau tidak stabil akan mengurangi kecepatan makan ikan. Ikan
cakalang dapat tertangkap secara teratur di Samudera Hindia bagian timur pada suhu 27-30 oC. Pengaruh suhu permukaan laut
terhadap penyebaran cakalang untuk perairan tropis adalah kecil karena suhu
relatif sama (konstan) sepanjang tahunnya. Walaupun demikian suhu dapat
menandakan adanya current boundaries.
Kemudian penyebaran cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus.
Garis konvergensi di antara arus dingin dan arus panas merupakan daerah yang
banyak makanan dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang baik untuk perikanan cakalang.
b.
Arus
Arus
merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan
angin, perbedaan dalam densitas air laut, gerakan gelombang panjang dan arus
yang disebabkan oleh pasang surut. Angin yang berhebus di perairan Indonesia terutama adalah angin
musim yang dalam setahun terjadi dua kali perbalikan arah yang mantap,
masing-masing disebut angin barat dan angin timur. Penyebaran ikan cakalang
sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus. Daerah pertemuan antara arus
panas dan arus dingin merupakan daerah yang banyak organisme dan diduga daerah
tersebut merupakan fishing ground
yang baik bagi perikanan cakalang. Kuat lemahnya arus menentukan arah
pergerakan ikan cakalang. Pada kondisi arus kuat, ikan cakalang akan melawan
arus dan pada arus lemah akan mengikuti arus. Peranan arus terhadap tingkah
laku ikan adalah sebagai berikut :
1.
Arus mengangkat telur-telur ikan dan anak-anak ikan dari spawning ground ke nursery
ground dan selanjutnya dari nursery
ground ke feeding ground.
2.
Migrasi ikan dewasa dapat dipengaruhi oleh arus yaitu sebagai alat orientasi.
3.Tingkah laku
ikan diurnal juga dipengaruhi oleh arus, khususnya oleh arus pasang surut.
4. Arus, khususnya
pada daerah-daerah batas alih perairan berbeda mempengaruhi distribusi ikan dewasa
dimana pada daerah tersebut terdapat makanan ikan.
5. Arus dapat
mempengaruhi aspek-aspek lingkungan dan secara tidak langsung menentukan
spesies-spesies tertentu dan bahkan membatasi distribusi spesies tersebut
secara geografis.
Ikan-ikan
yang menginjak dewasa akan mengikuti arus balik ke masing-masing daerah
pemijahan, tempat mereka akan melakukan pemijahan. Salinitas merupakan salah
satu perameter yang berperan penting dalam sistem ekologi laut. Beberapa jenis
organisme ada yang bertahan dengan perubahan nilai salinitas yang besar (euryhaline) dan ada pula organisme yang
hidup pada kisaran nilai salinitas yang sempit (stenohaline). Salinitas dapat dipergunakan untuk menentukan
karakteristik oseanografi, selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperkirakan
daerah penyebaran populasi ikan cakalang di suatu perairan. Ikan cakalang hidup
pada perairan dengan kadar salinitas antara 33-35 o/oo. Cakalang banyak
ditemukan pada perairan dengan salinitas permukaan berkisar antara 32-35 o/oo
dan jarang ditemui pada perairan dengan salinitas rendah.
C.
Kondisi Geografis yang Mempengaruhi
Penyebaran
Penyebaran
cakalang di perairan Samudra Hindia meliputi daerah tropis dan sub tropis,
penyebaran cakalang ini terus berlangsung secara teratur di Samudra Hindia di mulai
dari Pantai Barat Australia, sebelah selatan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah
selatan Pulau Jawa, Sebelah Barat Sumatra, Laut Andaman, diluar pantai Bombay,
diluar pantai Ceylon, sebelah Barat Hindia, Teluk Aden, Samudra Hindia yang
berbatasan dengan Pantai Sobali, Pantai Timur
dan
selatan Afrika. Penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra
Hindia (perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan
Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat
Makassar) dan Samudra Fasifik (perairan Utara Irian Jaya).
Secara
garis besarnya, cakalang mempunyai daerah penyebaran dan migrasi yang luas,
yaitu meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran terbesar
terdapat disekitar perairan khatulistiwa. Daerah penangkapan merupakan salah
satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi
penangkapan. Dalam hubungannya dengan alat tangkap, maka daerah penangkapan
tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan. Dalam arti ikan berlimpah,
bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat tangkap mudah
dioperasika. Musim penangkapan cakalang di perairan Indonesia bervariasi. Musim
penangkapan cakalang di suatu perairan belum tentu sama dengan perairan yang
lain. Penangkapan cakalang di perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang
tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim dan bervariasi
menurut lokasi penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya
disebut musim puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya disebut
musim paceklik.
Daerah penyebaran ikan cakalang
membentang disekitar 40º LU - 30º LS. Sebagian dari perairan Indonesia
merupakan lintasan ikan cakalang yang bergerak menuju kepulauan Philipina dan
Jepang. Itulah sebabnya ikan cakalang dijumpai hampir sepanjang tahun di perairan
kita, kelompok padat disekitar Kalimantan,Sulawesi, Halmahera, Kepulauan Maluku
dan sekitar perairan Irian Jaya. Di Indonesia daerah penyebaran dari ikan
yang menjadi tujuan penangkapan Pole and Line,
meliputi seluruh daerah pantai, lepas pantai perairan Indonesia terutama
peredaran Indonesia Timur, Selatan Jawa dan Sumatra barat. Cakalang adalah ikan
perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling)
sewaktu mencari makan. kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam.
kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya
dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk
diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas
samudera. Pengetahuan mengenai penyebaran tuna dan cakalang sangat penting
artinya bagi usaha penangkapannya.
Ikan
cakalang bersifat epipelagis dan oseanik, peruaya jarak jauh. Cakalang sangat
menyenangi daerah dimana terjadi pertemuan arus atau arus konvergensi yang
banyak terjadi pada daerah yang mempunyai banyak pulau. Selain itu, cakalang
juga menyenangi pertemuan antara arus panas dan arus dingin serta daerah upwelling. Penyebaran cakalang secara
vertikal terdapat mulai dari permukaan sampai kedalaman 260 m pada siang hari,
sedangkan pada malam hari akan menuju permukaan (migrasi diurnal). Penyebaran
geografis cakalang terdapat terutama pada perairan tropis dan perairan panas di
daerah lintang sedang. Ada tiga alasan utama yang menyebabkan beberapa jenis
ikan melakukan migrasi yaitu :
1.
Mencari perairan yang kaya akan makanan.
2.
Mencari tempat untuk memijah.
3.
Terjadinya perubahan beberapa faktor lingkungan perairan seperti suhu air,
salinitas
dan arus.
SUMBER :
Limbong,
M. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut
Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat.
http://repository.ipb.ac.id [20 November 2013].
Lumi,
K. W, Eddy, M., dan Max, W. Nilai Ekonomi Sumberdaya Perikanan di
Sulawesi Utara (Studi Kasus Ikan Cakalang, Katsuwonus pelamis). Jurnal
Ilmiah Platax. ISSN: 2302-3589. Vol. X, No. 3 :1-5. Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Manik,
N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan
Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan Dan Pulau
Nusa Laut. Jurnal Oseanologi dan Limnologi. ISSN 0125 – 9830. Vol. XII, No.
33 : 17-25. Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI, Jakarta.
No comments:
Post a Comment
Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :