Thursday, March 16, 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)



Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

A.    deskripsi
Katsuwonus pelamis merupakan ikan berukuran sedang dari familia Scombridae (tuna). Satu-satunya spesies dari genus Katsuwonus. Ikan berukuran terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang yang banyak tertangkap berukuran panjang sekitar 50 cm. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack tuna. Adapun klasifikasi cakalang adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
 Filum             : Chordata
 Kelas              : Actinopterygii
 Ordo               : Perciformes
 Famili             :Scombridae
Genus              : Katsuwonus
Spesies            : Katsuwonus pelamis
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan cakalang
1.      Kondisi Oseanografi
a.       Suhu
Suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menduga keberadaan organisme di suatu perairan, khususnya ikan. Hal ini karena sebagian besar organisme bersifat poikilotermik. Tinggi rendahnya suhu permukaan laut pada suatu perairan terutama dipengaruhi oleh radiasi. Perubahan intensitas cahaya akan mengakibatkan terjadinya perubahan suhu air laut baik horizontal, mingguan, bulanan maupun tahunan. Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Pengaruh suhu terhadap tingkah laku ikan akan terlihat jelas pada waktu ikan melakukan pemijahan. Setiap ikan mempunyai kisaran suhu tertentu untuk melakukan pemijahan, bahkan mungkin dengan suatu siklus musiman yang tertentu pula.
Aktifitas metabolisme serta penyebaran ikan dipengaruhi oleh suhu perairan dan ikan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 oC sekalipun. Suhu merupakan faktor penting untuk menentukan dan menilai suatu daerah penangkapan ikan. Berdasarkan variasi suhu, tinggi rendahnya variasi suhu merupakan faktor penting dalam penentuan migrasi suatu jenis ikan. Pada suatu daerah penangkapan ikan cakalang, suhu permukaan laut yang disukai oleh jenis ikan tersebut biasanya berkisar antara 16-26 oC, walaupun untuk Indonesia suhu optimum adalah 28-29 oC dan suhu yang ideal untuk melakukan pemijahan 280 C – 290 C. Penyebaran ikan cakalang di suatu perairan adalah pada suhu 17-23 oC dan suhu optimum untuk penangkapan adalah 20-22 oC dengan lapisan renang antara 0-40 m. Ikan cakalang sensitif terhadap perubahan suhu, khususnya waktu makan yang terikat pada kebiasaan-kebiasaan tertentu. Suhu yang terlalu tinggi, tidak normal atau tidak stabil akan mengurangi kecepatan makan ikan. Ikan cakalang dapat tertangkap secara teratur di Samudera  Hindia bagian timur pada suhu 27-30 oC.            Pengaruh suhu permukaan laut terhadap penyebaran cakalang untuk perairan tropis adalah kecil karena suhu relatif sama (konstan) sepanjang tahunnya. Walaupun demikian suhu dapat menandakan adanya current boundaries. Kemudian penyebaran cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus. Garis konvergensi di antara arus dingin dan arus panas merupakan daerah yang banyak makanan dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang baik untuk perikanan cakalang.

b.      Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, gerakan gelombang panjang dan arus yang disebabkan oleh pasang surut. Angin yang berhebus di  perairan Indonesia terutama adalah angin musim yang dalam setahun terjadi dua kali perbalikan arah yang mantap, masing-masing disebut angin barat dan angin timur. Penyebaran ikan cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus. Daerah pertemuan antara arus panas dan arus dingin merupakan daerah yang banyak organisme dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang baik bagi perikanan cakalang. Kuat lemahnya arus menentukan arah pergerakan ikan cakalang. Pada kondisi arus kuat, ikan cakalang akan melawan arus dan pada arus lemah akan mengikuti arus. Peranan arus terhadap tingkah laku ikan adalah sebagai berikut :
1. Arus mengangkat telur-telur ikan dan anak-anak ikan dari spawning ground ke nursery ground dan selanjutnya dari nursery ground ke feeding ground.
2. Migrasi ikan dewasa dapat dipengaruhi oleh arus yaitu sebagai alat orientasi.
     3.Tingkah laku ikan diurnal juga dipengaruhi oleh arus, khususnya oleh arus pasang surut.
    4. Arus, khususnya pada daerah-daerah batas alih perairan berbeda mempengaruhi distribusi ikan dewasa dimana pada daerah tersebut terdapat makanan ikan.
    5. Arus dapat mempengaruhi aspek-aspek lingkungan dan secara tidak langsung menentukan spesies-spesies tertentu dan bahkan membatasi distribusi spesies tersebut secara geografis.

Ikan-ikan yang menginjak dewasa akan mengikuti arus balik ke masing-masing daerah pemijahan, tempat mereka akan melakukan pemijahan. Salinitas merupakan salah satu perameter yang berperan penting dalam sistem ekologi laut. Beberapa jenis organisme ada yang bertahan dengan perubahan nilai salinitas yang besar (euryhaline) dan ada pula organisme yang hidup pada kisaran nilai salinitas yang sempit (stenohaline). Salinitas dapat dipergunakan untuk menentukan karakteristik oseanografi, selanjutnya dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah penyebaran populasi ikan cakalang di suatu perairan. Ikan cakalang hidup pada perairan dengan kadar salinitas antara 33-35 o/oo. Cakalang banyak ditemukan pada perairan dengan salinitas permukaan berkisar antara 32-35 o/oo dan jarang ditemui pada perairan dengan salinitas rendah.
C.     Kondisi Geografis yang Mempengaruhi Penyebaran

Penyebaran cakalang di perairan Samudra Hindia meliputi daerah tropis dan sub tropis, penyebaran cakalang ini terus berlangsung secara teratur di Samudra Hindia di mulai dari Pantai Barat Australia, sebelah selatan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah selatan Pulau Jawa, Sebelah Barat Sumatra, Laut Andaman, diluar pantai Bombay, diluar pantai Ceylon, sebelah Barat Hindia, Teluk Aden, Samudra Hindia yang berbatasan dengan Pantai Sobali, Pantai Timur
dan selatan Afrika. Penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra Hindia (perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat Makassar) dan Samudra Fasifik (perairan Utara Irian Jaya).

Secara garis besarnya, cakalang mempunyai daerah penyebaran dan migrasi yang luas, yaitu meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran terbesar terdapat disekitar perairan khatulistiwa. Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan. Dalam hubungannya dengan alat tangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan. Dalam arti ikan berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat tangkap mudah dioperasika. Musim penangkapan cakalang di perairan Indonesia bervariasi. Musim penangkapan cakalang di suatu perairan belum tentu sama dengan perairan yang lain. Penangkapan cakalang di perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik.

Daerah penyebaran ikan cakalang membentang disekitar 40º LU - 30º LS. Sebagian dari perairan Indonesia merupakan lintasan ikan cakalang yang bergerak menuju kepulauan Philipina dan Jepang. Itulah sebabnya ikan cakalang dijumpai hampir sepanjang tahun di perairan kita, kelompok padat disekitar Kalimantan,Sulawesi, Halmahera, Kepulauan Maluku dan sekitar perairan Irian Jaya. Di Indonesia daerah penyebaran dari ikan yang menjadi tujuan penangkapan Pole and Line, meliputi seluruh daerah pantai, lepas pantai perairan Indonesia terutama peredaran Indonesia Timur, Selatan Jawa dan Sumatra barat. Cakalang adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu mencari makan. kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera. Pengetahuan mengenai penyebaran tuna dan cakalang sangat penting artinya bagi usaha penangkapannya.

Ikan cakalang bersifat epipelagis dan oseanik, peruaya jarak jauh. Cakalang sangat menyenangi daerah dimana terjadi pertemuan arus atau arus konvergensi yang banyak terjadi pada daerah yang mempunyai banyak pulau. Selain itu, cakalang juga menyenangi pertemuan antara arus panas dan arus dingin serta daerah upwelling. Penyebaran cakalang secara vertikal terdapat mulai dari permukaan sampai kedalaman 260 m pada siang hari, sedangkan pada malam hari akan menuju permukaan (migrasi diurnal). Penyebaran geografis cakalang terdapat terutama pada perairan tropis dan perairan panas di daerah lintang sedang. Ada tiga alasan utama yang menyebabkan beberapa jenis ikan melakukan migrasi yaitu :
1. Mencari perairan yang kaya akan makanan.
2. Mencari tempat untuk memijah.
3. Terjadinya perubahan beberapa faktor lingkungan perairan seperti suhu air,
salinitas dan arus.

SUMBER :
Limbong, M. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat. http://repository.ipb.ac.id [20 November 2013].

Lumi, K. W,  Eddy, M., dan Max, W. Nilai Ekonomi Sumberdaya Perikanan di Sulawesi Utara (Studi Kasus Ikan Cakalang, Katsuwonus pelamis). Jurnal Ilmiah Platax. ISSN: 2302-3589. Vol. X, No. 3 :1-5. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Manik, N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan Dan Pulau Nusa Laut. Jurnal Oseanologi dan Limnologi. ISSN 0125 – 9830. Vol. XII, No. 33 : 17-25. Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI, Jakarta.


No comments:

Post a Comment

Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :