Sunday, March 12, 2017

FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS ALIRAN MATERI DAN ENERGI DI PERAIRAN ESTUARI



FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS ALIRAN MATERI DAN ENERGI DI PERAIRAN ESTUARI

Wah, apa itu yah?

Faktor Pembatas
Seperti negara aja yah ada pembatasnya, mari kita membacanya
Faktor pembatas merupakan Sebagai sebuah ekosistem yang kompleks, tentunya estuari memiliki parameter fisik dan kimia tersendiri yang nantinya akan berpengaruh pada kemampuan atau toleransi kehidupan biota yang terdapat disana. Beberapa faktor fisik, kimia, maupun biotik lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas dalam ekosistem estuari adalah:
a.       Salinitas
Tingkat salinitas estuari berubah dari waktu kewaktu dikarenakan oleh iklim, topografi estuari, pasang surut air laut, dan volume air tawar yang masuk. Di daerah tropis seperti di Indonesia memiliki iklim tropis dan pasang surut diurnal (dua kali pasang dan surut) dalam waktu sehari semalam yang menyebabkan terjadinya fluktuasi salinitas yang mana waktu terjadinya cukup pendek sekitar 6 jam.
Faktor pertama pengaruh salinitas adalah fenomena pasang air laut yang besar mendorong air laut masuk cukup besar dan sampai ke daerah hulu sungai. Sebaliknya apabila pasang sudah turun, maka keadaan isohaline kembali ke daerah hilir saja. Hal ini menyebabkan pada daerah yang sama di daerah estuari meimiliki salinitas yang berbeda pada waktu yang berbeda sesuai perubahan akibat pasang surut air laut dan volume air tawar yang masuk.
Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat salinitas adalah kekuatan coriolis, yaitu terjadinya pembelokan arah gerak melingkar akibat rotasi bumi mengelilingi sumbunya. Berputarnya bumi pada porosnya mengakibatkan perubahan arah gerakan air laut yang masuk ke daratan (muara sungai), membelokannya kearah kanan dibelahan bumi sebelah utara dan kearah kiri pada belahan bumi bagian selatan. Sebagai contoh di daerah estuaria di sekitar pulau jawa bagian selatan, kekuatan coriolis akan membelokkan air laut yang masuk ke estuaria kea rah kiri apabila kita melihat estuaria ke arah laut. Akibatnya, pada dua titik yang berlawanan dan teletak pada jarak yang sama dari laut akan memiliki salinitas yang berbeda.
Faktor ke tiga yang menyebabkan fluktuasi salinitas di estuarin adalah musim. Di Indonesia dengan dua Faktor ke tiga yang menyebabkan fluktuasi salinitas di estuarin adalah musim. Di Indonesia dengan dua musim yang berbeda dalam setahun akan menyebabkan perbedaan salinitas sebagai akibat berubahnya volume air tawar dan berubahnya intensitas cahaya matahari.
Berdasarkan beberapa pengaruh kimia dan fisik terhadap fluktuasi salinitas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam ekosistem perairan estuarin terbentuk 3 zona yaitu: air tawar, air payau, dan air laut. Antara zona-zona ini terdapat garis pemisah yang hanya dapat dilewati oleh organisme yang memiliki kemampuan adaptasi fisiologi tertentu.
b.      Suhu
Suhu air estuaria memiliki fluktuasi harian lebih besar dibanding dengan perairan lainnya. Hal ini disebabkan karena luas permukaan estuaria relatif lebih besar jika dibandingkan dengan volume airnya. Air estuaria cenderung lebih cepat panas dan lebih cepat dingin tergantung kondisi atmosfir yang melingkupinya. Alasan lain bervariasinya suhu pada ekosistem estuarin adalah karena masuknya air tawar yang suhunya lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman. Selain itu suhu di estuaria juga bervariasi secara vertikal karena pengaruh fluktuasi suhu harian. Perairan permukaan cenderung mempunyai kisaran suhu terbesar dibanding dengan perairan yang lebih dalam.
c.       Ombak dan Arus
Terjadinya ombak tergantung pada luas permukaan perairan dan juga angin. Estuaria memiliki luas perairan terbuka yang sempit karena dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya, dengan demikian angin yang bertiup untuk menciptakan ombak juga minimal. Kedalaman dan sempitnya mulut estuaria juga menjadi penghalang terbentuknya ombak yang besar atau menghilangkan pengaruh ombak laut yang masuk estuaria. Arus di estuaria cenderung disebabkan oleh aksi pasang air laut dan aliran sungai. Kecepatan arus tertinggi terjadi pada bagia tengah sungai/muara dimana hambatan gesek dengan dasar dan tepian menjadi minimal. Arus di daerah estuaria sering mengakibatkan timbulnya erosi dan biasanya diikuti oleh pengendapan di mulut muara. Adanya perbedaan kecepatan arus yang berasal dari sungai dari musim ke musim menyebabkan perbedaan kecepatan erosi dan pengendapan, sehingga banyak kasus terutama di beberapa tempat di Indonesia muara sungai bergeser dari tempat semula.
d.      Substrat Dasar
Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari proses pengendapan material baik yang dibawa oleh air laut maupun oleh air tawar dari aliran sungai. Air laut dan air sungai membawa banyak partikel pasir maupun lumpur yang tersuspensi dan keduanya bertemu di estuaria. Berbagai ion yang berasal dari laut akan mengikat partikel Lumpur yang terbawa air sungai sehingga menggumpal dan mengendap sebagai dasar substrat yang khas. Kondisi terlindung estuaria juga didominasi oleh endapan halus (Lumpur). Di antara endapan lumpur adalah materi organik sehingga estuaria menjadi tempat yang kaya cadangan bahan makanan bagi organisme.
e.       Kekeruhan (Turbidisitas)
Besarnya jumlah partikel tersuspensi menyebabkan pada waktu-waktu tertentu terutama pada saat musim penghujan dimana volume air tawar meningkat dan membawa material akibat erosi menyebabkan kekeruhan meningkat, demikian juga aktivitas pasang air laut. Kekeruhan biasanya minimum pada mulut muara dan semakin meningkat kea rah hulu sungai. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik.
f.       DO (kandungan Oksigen terlarut)
Kandungan oksigen terlarut daerah estuaria sangat tergantung beberapa faktor antara lain: suhu, salinitas, pengadukan, dan aktivitas organisme. Melihat kondisi fisik daerah estuarin, maka secara umum wilayah ini memiliki kandungan oksigen terlarut relative tinggi dibanding perairan lain.
Pada musim kemarau yang panjang dimana penggelontoran air tawar menurun dan suhu serta salinitas relatif tinggi di permukaan perairan, menyebabkan proses pengadukan dan distribusi oksigen dari permukaan ke dasar perairan sedikit terhambat sehingga kandungan oksigen di dasar perairan menurun. Selain itu menurunnya kandungan oksigen di dasar perairan juga dapat disebabkan karena tingginya bahan organik yang terdeposit dan tingginya populsi dan individu bakteri di dalam sediment menyebabkan meningkatnya pemakaian oksigen. Ukuran partikel dalam sediment yang halus juga membatasi pertukaran air interstitial dan air yang diatasnya (kaya oksigen) sehingga oksigen sangat cepat berkurang, bahkan pada beberapa sentimeter dalam sedimen dapat bersifat anoksik.
g.      Predasi
Predasi merupakan hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini memiliki hubungan sangat erat, karena tanpa mangsa predator tidak bisa bertahan untuk hidup. Jumlah antara predator dan mangsa berbanding lurus. Semakin banyak predator yang terdapat dialam tidak diimbangi dengan jumlah yang sama dengan mangsa, maka akan terjadi ketidak seimbangan alam. Sebaliknya juga bila jumlah mangsa lebih banyak dengan predator, maka jumlah organisme mangsa lebih banyak dan keseimbangan disini juga akan terganggu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa  Predasi disini dapat berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh dalam ekosistem estuari adalah: Ikan yang menjadi predator bagi plankton dan invertebrata dalam ekosistem estuari.
h.      Jumlah organisme autotrof
Organisme autotrof merupakan organisme yang mampu menghasilkan zat organik yang dibutuhkan oleh konsumen. Organisme ini tentunya membutuhkan bahan berupa zat-zat anorganik yang terdapat dialam dengan bantuan matahari biasa disebut prosesnya yaitu fotsintesis. Sehingga terbentuklah glukosa yang organik tadi.
Keberadaan autotrof sangat mempengaruhi organisme yang lain pula. Sebab, apabila organisme ini jumlahnya sedikit bahkan mengalami peniadaan maka yang terjadi organisme sebagai konsumen akan ikut berkurang juga. Karena sumber untuk memacu kehidupannya menghilang. Organisme yang termasuk dalam organisme autotro adalah organisme berklorofil yang terdiri atas: tumubuhan, bakteri fotosintetik, dan alga fotosintetik (Odum, 1998).
i.        Usia
Usia sebgai faktor pembatas organisme ini berhubungan dengan tingkat produktivitasnya. Produktivitas menunjukkan kemampuan makhluk hidup untuk melakukan proses metabolisme tubuhnya dan penghasilan energi. Energi yang digunakan untuk kehidupannya, terdapat rentangan usia tersendiri pada makhluk hidup agar dia mampu menghasilkan banyak energi. Dikatakan kemampuan produktivitas tinggi apabila makhluk hidup tersebut dikatakan muda sampai rentang waktu usia tertentu. Sehingga reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan pun cepat. Sebaliknya bila makhluk hidup tersebut dikatakan usia telah lanjut, kemampuan produktivitasnya menurun. Karena kemampuan penghasilan energi pun menurun sehingga banyak terjadi kematian pada sel organisme tersebut (Odum, 1998).
j.        Jumlah Parasit
Parasitisme adalah hubungan antara dua makhluk yang mana salah satu organisme dirugikan sedangkan yang lain mendapat manfaat. Parasit merupakan organisme yang mendapat keuntungan dari hubungan ini, sementara inang yang menjadi rumahnya sangat dirugikan karena hasil metabolisme dan sari-sari makanan yang ada diambil oleh parasit. Dalam hubungan ini, ukuran organisme parasit lebih kecil dari inang, sehingga lebih mudah untuk organisme parasit untuk menghambat kehidupan organisme inang. Berakibat berbahaya bagi keseimbangan alam, apabila jumlah parasit lebih besar daripada organisme yang lain (Odum, 1998).

Semoga bermamfaat,,,,J
SUMBER
Dahuri et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Knox,G.A. 1986. Estuarine Ecosystem: A System Approach. Florida: CRC Press
Kramer, K.J.M.1994. Tidal Estuaries: Manual of Sampling and Analittycal Procedure. AA Balkema.
Nontji, A, 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan..
Odum, E.P.1998. Dasar-Dasar Ekologi edisi 4. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

No comments:

Post a Comment

Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :