MAKALAH
PLANKTONOLOGI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
: KELOMPOK I
ROBINSON
SUMIATY
MARASABESSY
KHENG
SAMPADA
TRIVANO
KRISNA JAN
ILMU
KELAUTAN
MENEJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
PERIKANAN
DAN ILMU KELAUTAN
AMBON
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
Rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang Karakteristik dari Foraminifera
dan Radiloria, dan juga mamfaatnya bagi kehidupan manusia.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Ambon,
07 November 2016
Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Hal
|
|
Kata pengantar
………………………………………………………….
|
i
|
Daftar Isi
………………………………………………………………..
|
ii
|
BAB I. PENDAHULUAN
|
|
A. Latar
Belakang…………………………………………………………..
|
1
|
B. Perumusan
Masalah……………………………………………………..
T Tujuan…………………………………………………………………....
|
2
2
|
BAB II. PEMBAHASAN
|
|
A. Pengertian
Foriminifera………………………………………….………
|
2
|
B. Foraminifera
Bentik……………………………….……………………
|
3
|
C. Foraminifera
Planktonik……………………….………………………..
|
5
|
D. Mamfaat
Foraminifera……...……………………………………………
Pengertian Radiolaria……………………………………………………
Habitat Radiolaria……………………………………………………….
Ciri Biologi Radiolaria…………………………………………………..
Reproduksi Radiolaria…………………………………………………...
Mamfaat Radiolaria………………………………………………………
|
8
9
9
10
15
15
|
BAB III. PENUTUP
|
|
A. Kesimpulan………………………………………………………………
|
16
|
B. Saran………….………………………………………………………….
|
17
|
Daftar
Pustaka……….…………………………………………………...
|
17
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Foraminifera
adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test
(istilah untuk cangkang internal). Foraminifera dibedakan menjadi dua yaitu :
Foraminifera Plantonik dan Foraminifera Bentonic. foraminifera ditemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam
kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari
kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan
ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau
berbentuk bola dengan satu lubang.
Radiolaria
merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas Sarcodina, filum Protozoa.
Hewan ini umumnya mempunyai bentuk cangkang yang bulat, dengan berbagai variasi
struktur yang umumnya mempunyai simetri radial dan memencar. Itu pula sebabnya
ia dinamakan Radiolaria. Kerangka radiolaria berupa jejaring yang membentuk
pola geometri yang simetris menampilkan bentuk yang sangat indah. Apalagi bahan
pembentuk kerangkanya itu terbuat dari bahan silika berupa kristal gelas opal.
Namun bentuknya dalam jalinan yang rumit nan indah itu detailnya hanya dapat
dikagumi lewat mikroskop, karena ukurannya sangat kecil. Ukuran sel radiolaria
umumnya berkisar antara 30 µm hingga 2 mm.
Sebagaimana umumnya
hewan Protozoa, radiolaria juga mempunyai kaki semu (pseudopodia) yang merupakan bagian protoplasma yang dapat
dijulurkan untuk bergerak dan mencari makan. Makanan radiolaria sangat beragam,
bisa mencakup berbagai grup zooplankton seperti kopepod, larva krustasea,
diatom, dinoflagelat, tintinid, bakteri juga detritus organik. Seperti halnya
pada foraminera, radiolaria umumnya juga mempunyai simbion berupa mikroalga
dalam selnya, yang hidup bersimbiosis dengan hewan inangnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari pembuatan makalah ini adalah :
a.
Apa yang dimaksud dengan
foraminifera dan radiolaria?
b.
Di mana habitat foraminifera dan
radiolaria dapat di temukan?
c.
Apa mamfaat dari foraminifera dan
radiolaria dalam kehidupan manusia?
C. Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
- Mahasiswa tahu apa yang di maksud dengan Foraminifera dan radiolaria.
- Mahasiswa tahu jenis-jenis spesies yang tergabung dalam ordo foraminifera dan radiolaria.
- Mahasiswa dapat membedakan mana spesies dari ordo foraminifera dan spesies radiolaria.
- Mahasiswa akan tahu mamfaat dari foraminifera dan radiolaria.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Foraminifera
adalah suatu organisme
satu sel yang memiliki cangkang kalsit dan merupakan salah satu organisme dari
kingdom protista yang sering dikenal dengan rhizopoda (kaki semu). Cangkang
atau kerangka foraminifera merupakan petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak,
gas alam dan mineral. Foraminifera adalah kerabat dekat Amoeba, hanya saja
amoeba tidak memiliki cangkang untuk melindungi protoplasmanya.
Klasifikasi Foraminifera didasarkan
atas komposisi, atas komposisi dinding testnya dan dinding testnya
a. Subordo Allogromina:
Dinding test Tectinous/Subordo Allogromina: Dinding test
Tectinous/Pseudokhitin.
b. Subordo Textulariina :
Dinding test Agglutinated /Subordo Textulariina : Dinding test Agglutinated
/Arenaceous = tersusun oleh butiran mineral/Arenaceous = tersusun oleh butiran
mineral/pecahan cangkang yang yang dilekatkan oleh zatpecahan cangkang yang
yang dilekatkan oleh zatperekat. Kenampakannya kasar, berbintil-bintil.perekat.
Kenampakannya kasar, berbintil-bintil.
c. Subordo Miliolina :
Dinding test calcareous Subordo Miliolina : Dinding test calcareous imperforate/porcellaneous,
Kenampakan halus, imperforate /porcellaneous, Kenampakan halus,putih, opak,
seperti porselin.putih, opak, seperti porselin.
Jenis-jenis
Foraminifora begitu beragam. Klasifikasi Foraminifera biasanya didasarkan pada
bentuk cangkang dan cara hidupnya. Berdasarakan cara hidupnya, macam macam
foraminifera dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Foraminifera
bentik
Foraminifera
benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile
(merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang digunakan untuk merayap
pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang semula sesile dan
berkembang menjadi vagile serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di bawah
permukaan laut. Material
penyusun
test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan. Foraminifera
benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan bathymetri,
karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic ini adalah :
a. Kedalaman
laut
b. Suhu/temperature
c. Salinitas
dan kimiaair
d. Cahaya
matahari yang digunakan untuk fotosintesis
e. Pengaruh
gelombang dan arus (turbidit, turbulen)
f. Makanan
yang tersedia
g. Tekanan
hidrostatik dan lain-lain.
Faktor
salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari lautan yang
mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii adalah tipe
yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon mempunyai
salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air laut dengan air
sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator lingkungan
laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :
a. Pada
kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,banyak dijumpai genus-genus
Elphidium, Potalia, Quingueloculina,Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk
lain yang dindingcangkangnya dibuat dari pasiran.
b. Pada
kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides,Proteonina, Ephidium,
Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina danTriloculina.
c.
Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC),
dijumpai genus Gandryna,Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis,
Eponides danTextularia.
d.
Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C),Ø
dijumpai Listellera,Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan
Valvulina
Berdasarkan bentuk
cangkangnya, jenis-jenis foraminifera terbagi menjadi 3, yaitu:
a.
Arenaceous (Foraminifera bercangkang
pasiran)
b.
Porcelaneous (Foraminifera bercangkang
gampingan tanpa pori)
c.
Hyalin (Foraminifera bercangkang gampingan
berpori)
Foraminifera bentik
hidup di lapisan sedimen hingga kedalaman beberapa puluh sentimeter. Berdasarkan
ukuran mikroskopis, kekerasan cangkang, serta sebaran geografis dan
geologisnya, jenis hewan ini sangat potensial untuk digunakan sebagai petunjuk
kondisi suatu lingkungan, baik pada masa kini maupun masa lalu.
Cangkang foraminifera
bentik memiliki ukuran yang berkisar antara 5 μ hingga beberapa sentimeter.
Foraminifera bentik memiliki bentuk cangkang yang rumit dan memiliki arsitektur
yang kompleks. Foraminifera bercangkang pasiran biasa ditemukan di lingkungan
yang ekstrim seperti perairan payau atau di perairan laut dalam. Disebut
pasiran karena kenampakkan permukaan cangkang terlihat kasar seperti taburan
gula pasir.
Foraminifera bercangkang
gampingan tanpa pori biasa hidup soliter dengan membenamkan cangkangnya ke
dalam sedimen kecuali bagian mulutnya (aperture) yang muncul kepermukaan
sedimen. Dinamakan Porselaneous karena pada cangkang dewasa, kenampakan
foraminifera porcellaneous tampak seperti jambangan porselen dengan bentuk
kamar bersegi atau lonjong. Foraminifera gampingan berpori merupakan jenis yang
memiliki variasi bentuk cangkang sangat banyak seperti lampu kristal dengan
ornamen rumit, bening dan berkilau.
Cangkang foraminifera
terbuat dari kalsium karbonat (CaCO 3) dan fosilnya dapat digunakan sebagai
petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak, gas alam dan mineral. Selain itu
karena keanekaragama dan morfologinya kompleks, fosil Foraminifera juga berguna
untuk biostratigrafi, dan dapat memberikan tanggal relatif terhadap batuan. Beberapa
jenis batu, seperti batu gamping biasanya banyak ditemukan mengandung fosil
foraminifera dengan cara itu peneliti dapat mencocokan sampel batuan dan
mencari sumber asal batuan tersebut berdasarkan kesesuaian jenis fosil
foraminifera yang dimilikinya.
Susunan kamar
foraminifera benthonik memiliki kemiripan dengan foraminifera planktonik,
susunan kamar dan bentuknya dapat dibedakan menjadi :
a.
Monothalamus yaitu susunan dan bentuk
kamar-kamar akhir foraminifera yang hanya terdiri dari satu kamar contoh :
Saccammina, Lagena, Hyperammina, Bathysiphon, Orthovertella, Psammaphis,
Rectocornuspira, Lenticulina sp
dll.
b.
Polythalamus merupakan suatu susunan
kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar.
Misalnya uniserial saja atau biserial saja. Contoh : Siphonogerina,
Nodogerina, Nodosaria, Glandulina, Dentalina dll.
2.
Foraminifera
Planktonik
Foraminifera planktonik adalah
foraminifera yang cara hidupnya mengambang atau melayang di air,Foraminifera
planktonik jumlah genusnya sedikit,tetapi jumlah spesiesnya banyak. Susunan
kamar foraminifera plankton dibagi menjadi :
a. Planispiral
yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar
ventral dan dorsal sama. Contoh:
Hastigerina
b. Trochospiral
yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta
jumlah kamar ventral dan dorsal tidak
sama. Contohnya : Globigerina.
c. Streptospiral
yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh
kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina.
Plankton ini dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah geologi, antara lain :
a. Sebagai
fosil petunjuk
b. Korelasi
c. Penentuan
lingkungan pengendapan
Foraminifera plankton tidak selalu hidup
di permukaan laut, tetapi pada kedalaman tertentu ;
a.
Hidup antara 30 – 50 meter
b. Hidup
antara 50 – 100 meter
c. Hidup
pada kedalaman 300 meter
d. Hidup
pada kedalaman 1000 meter
Ada golongan foraminifera plankton yang
selalu menyesuaikan diri terhadap temperatur, sehinggapa diwaktu siang hari
hidupnya hampir di dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air
laut. Sebagai contoh adalah Globigerina
pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30 sampai 50 meter,
sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup pada kedalaman 200 sampai 300 meter
No
|
JENIS
- JENIS SPESIES FORAMINIFERA YANG DI
TEMUKAN DI AMBON
|
|
Bentik
|
Plantonik
|
|
1
|
Triloculina tricarinata
|
Globigerina bulloides
|
2
|
Textularia agglutinans
|
Globigerina falconensis
|
3
|
Spiroloculina sp.
|
Globigerinella callida
|
4
|
Spiroloculina communis
|
Globigerinoides conglobatus
|
5
|
Spiroloculina angulata
|
Globigerinoides cyclostomus
|
6
|
Siphogenerina raphanus
|
Globigerinoides fistulosus
|
7
|
Siphogenerina alveolifrmis
|
Globigerinoides ruber
|
8
|
Reusella sp.
|
Globigerinoides sacculifer
|
9
|
Reusella simlex
|
Globoquadrina pseudofoliata
|
10
|
Quinqueloculina tropicalis
|
Globorotalia bermudezi
|
11
|
Quinqueloculina sp.
|
Globorotalia menardii
|
12
|
Quinqueloculina seminulum
|
Globorotalia pseudopumilio
|
13
|
Quinqueloculina seminula
|
Globorotalia puncticulata
|
14
|
Quinqueloculina pulchella
|
Globorotalia seiglei
|
15
|
Quinqueloculina parkery
|
Globorotalia trucatulinoides
|
16
|
Quinqueloculina lamarckiana
|
Globorotalia tumida
|
17
|
Quinqueloculina granulocostata
|
Globorotalia ungulata
|
18
|
Quinqueloculina auberiana
|
Neogloboquadrina blowi
|
19
|
Pyrulina angusta
|
Neogloboquadrina humerosa
|
20
|
Pyrgo depressa
|
Orbulina universa
|
21
|
Pseudorotalia schroeteriana
|
Pulleniatina finalis
|
22
|
Pseudomassilina macilenta
|
Pulleniatina obliqueloculata
|
23
|
Pleurostomella sp
|
Pulleniatina praecursor
|
24
|
Planorbulina larvata
|
Pulleniatina primalis
|
25
|
Piliolina papelliformis
|
Spheroidinella dehiscens
|
26
|
Peneroplis planatus
|
-
|
27
|
Peneroplis pertusus
|
-
|
28
|
Operculina ammonoides
|
-
|
29
|
Nonion depressulum
|
-
|
30
|
Nodosari sp.
|
-
|
31
|
Neocorbina terquemi
|
-
|
32
|
Miliolinella sublineata
|
-
|
33
|
Miliolinella oblonga
|
-
|
34
|
Massilina milleti
|
-
|
35
|
Massilina crenata
|
-
|
36
|
Marginophora vertebralis
|
-
|
37
|
Loxostomum amygdalaeformis
|
-
|
38
|
Lecticulina sp.
|
-
|
39
|
Lecticulina elegans
|
-
|
40
|
Lecticulina cultrate
|
-
|
41
|
Hoglundina elegans
|
-
|
42
|
Heterostegina depressa
|
-
|
43
|
Eponides repandus
|
-
|
44
|
Eponide umbonatus
|
-
|
45
|
Elphidium macellum
|
-
|
46
|
Elphidium crispum
|
-
|
47
|
Elphidium craticulatum
|
-
|
48
|
Elphidium advenum
|
-
|
49
|
Discorbina sp
|
-
|
50
|
Discorbina mira
|
-
|
51
|
Cibicides praecinctus
|
-
|
52
|
Cancris oblongus
|
-
|
53
|
Calcarina calcar
|
-
|
54
|
Bolivina schwagerina
|
-
|
55
|
Bolivina earlandi
|
-
|
56
|
Baculogypsina sphaerulata
|
-
|
57
|
Anomalinella rostata
|
-
|
58
|
Amphistegina quoyii
|
-
|
59
|
Amphistegina lessonii
|
-
|
60
|
Ammonia umbonata
|
-
|
61
|
Ammonia beccarii
|
-
|
3.
Manfaat
foraminifera
Mamfaat
dari Foraminifera bagi kehidupan manusia yaitu :
a. Foraminifera
memberikan data umur relatif batuan sedimen laut
Foraminifera mengalami perkembangan secara
terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu
(umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan
penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut.
Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan
atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.
b. Foraminifera
memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi)
Karena spesies foraminifera yang berbeda
diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat
menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat
foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk
memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai
masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.
c. Foraminifera
dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi.
Banyak spesies foraminifera dalam skala
biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula spesies
foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau
ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping
kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan
selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut
terben-uk. Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian
mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan
menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam
mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang mengandung
minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak.
B. Pengertian Radiolaria
Radiolaria
merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas Sarcodina, filum Protozoa.
Hewan ini umumnya mempunyai bentuk cangkang yang bulat, dengan berbagai variasi
struktur yang umumnya mempunyai simetri radial dan memencar. Itu pula sebabnya
ia dinamakan Radiolaria.
a. Habitat Radiolaria
Radiolaria
terdapat luas di lautan, tetapi lebih banyak ditemui di perairan tropis,
biasanya di perairan lepas pantai dengan salinitas di atas 30 psu. Hewan ini
banyak dijumpai di laut lapisan teratas hingga kedalaman beberapa ratus meter,
meskipun ada juga dilaporkan yang hidup di lapisan yang lebih dalam. Sebaran
geografiknya, baik di permukaan maupun di bawah permukaan, banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor oseanografi setempat, seperti suhu, salinitas dan arus.
b. Ciri Biologi Radiolaria
Radiolaria
yang dikenal hidup di laut umumnya bersel tunggal, walaupun ada yang hidup
berkoloni seperti beberapa Spumellaria. Koloni tersebut terdiri dari banyak
sekali individu yang diperkuat oleh skeleton-skeleton, hingga kadang-kadang
dapat mencapai ukuran beberapa cm.
Ciri
khas yang paling mencolok adalah rangka tubuhnya, yang telah mengalami
spesialisasi ke tingkat tinggi. Organisme umum tubuh axopodia dihubungkan
dengan heliozodia, tetapi bentukan kapsul pusat yang ada memisahkan zona dalam
dan luar protoplasma yang menyebabkan perbedaan. Kapsul pusat berada pada
lapisan yang berbeda, biasanya tunggal namun terkadang ganda dan dapat
dideteksi dengan mudah kecuali pada Actipylina. Kapsul tersebut mungkin
berbentuk bulat, bulat telur atau bercabang, dan tersusun atas kitin,
pseudokitin, atau tektin. Kapsul dapat diserap dalam kadar yang tinggi maupun
rendah tergantung spesiesnya, diperlukan dalam peningkatan diameter seiring
pertumbuhan organisme, dan mungkin agak berubah-ubah dalam bentuk bahkan dalam
organisme dewasa.
Kerangka
radiolaria berupa jejaring yang membentuk pola geometri yang simetris
menampilkan bentuk yang sangat indah. Apalagi bahan pembentuk kerangkanya itu
terbuat dari bahan silika berupa kristal gelas opal. Namun bentuknya dalam
jalinan yang rumit nan indah itu detailnya hanya dapat dikagumi lewat
mikroskop, karena ukurannya sangat kecil. Ukuran sel radiolaria umumnya
berkisar antara 30 µm hingga 2 mm. Ciri-ciri kerangkanya, misalnya bahan
pembentuknya dan morfologinya, menjadi dasar yang penting untuk identifikasi.
Bentuk selnya mempunyai banyak perlanjutan bagaikan duri, akan memperbesar
total permukaan luas selnya hingga akan membantu pula dalam daya apungnya
(buoyancy) dalam air.
Sebagaimana umumnya hewan Protozoa, radiolaria juga
mempunyai kaki semu (pseudopodia)
yang merupakan bagian protoplasma yang dapat dijulurkan untuk bergerak dan
mencari makan. Makanan radiolaria sangat beragam, bisa mencakup berbagai grup
zooplankton seperti kopepod, larva krustasea, diatom, dinoflagelat, tintinid,
bakteri juga detritus organik. Seperti halnya pada foraminera, radiolaria
umumnya juga mempunyai simbion berupa mikroalga dalam selnya, yang hidup
bersimbiosis dengan hewan inangnya.
Lebih dari 4000 jenis ditemukan dalam grup
radiolaria ini, yang banyak terdapat di perairan oseanik. Ada juga marga dari
radiolaria yang kerangkanya terbuat bukan dari silika, tetapi dari bahan
strontium sulfat, misalnya Acantharia. Komponen dasar duri berasal dari tubuh,
melewati kapsul pusat. Pada permukaan tubuh terdapat kisi atau shell, yang menyatu dengan duri radial. Untuk
kelompok lain Radiolarida, elemen rangka silikanya beraturan. Jika terdapat
batang dan duri selalu berada di luar kapsul. Kerangka kisi berbentuk bulat
atau tidak bulat, dan dalam kasus yang terakhir mungkin mendekati simetri
bilateral. Kerangka yang rumit sudah dikembangkan pada awal sejarah yang
diketahui dari Radiolarida.
Sitoplasma intra kapsular yang berisi inti tempat
cadangan disimpan, butiran pigmen pada beberapa spesies, dan yang disebut
"sel kuning" di Actipylina. Jumlah inti bervariasi. Pada Actipylina
biasanya multinukleat, sedangkan Monopylina dan Tripylina biasanya uninukleat. "Sel kuning" yang
terdapat dalam radiolarida banyak, namun pada Tripylina hanya sedikit. Beberapa
radiolarida seperti collozoum dan sphaerozoum adalah bentuk koloni di mana
sejumlah kapsul pusat tertanam dalam bentuk memanjang dari sitoplasma extracapsular. Dalam spesies tertentu setiap
kapsul berisi sejumlah pusat inti. Elemen rangka berkurang menjadi spikula yang
tersebar.
Strontium adalah unsur kelumit (trace element) di laut, hampir tidak
dapat terukur karena sangat sedikitnya dalam laut, tetapi hewan ini mampu
mengakumulasi unsur kimia ini dalam kerangkanya. Karena umumnya radiolaria
mempunyai kerangka dari bahan silika yang tidak mudah terurai, maka
peninggalannya berupa fosil dapat terekam dengan sangat baik dari jutaan tahun
lalu. Jejak fosil radiolaria sudah terekam dari era Palaeozonic atau kira-kira
600 juta tahun lalu. Karena itu pula fosil radiolaria banyak dimanfaatkan dalam
kajian-kajian lingkungan purba (palaeo-enviroment).
Karena kerangkanya dari silika itu pula, radiolaria yang mati dan tenggelam
akan dapat membentuk sedimen berupa selut atau nenes (ooze) di dasar laut yang dikenal dengan selut radioaria (radiolarian ooze).
Radiolaria
dibagi menjadi empat ordo berdasarkan pada struktur kerangka dan persebaran
pori-pori pada kapsulanya:
1) Actipylina
(“Acantharia”), dengan kerangka terdiri dari radial spine yang masuk ke dalam
pusat kapsula untuk berkumpul di tengah tubuh.
2) Peripylina
(“Spumellaria”), sering tanpa kerangka atau satu terbatas untuk memutuskan
hubungan ektrakapsuler dan kurang umumnya dengan kulit yang berlubang; bentuk
yang tidak teratur di pusat kapsula menunjukkan satu bentuk persebaran
pori-pori;
3) Monopyla
(“Nasselaria”), dengan kapsul pusat yang tebal yang pori-porinya terbatas pada
satu tempat, atau lempeng pori-pori
4) Tripylina
Phaeodaria), kapsul pusal memiliki satu atau dua asesori besar yang terbuka
Gambar 2.7.a Gambar 2.7.b
Subordo 1. Actipylina
Pusat kapsul, kadang berbentuk berbentuk
lubang, sekalipun susunan pori-pori di permukaannya sering diketahui. Kerangka
tersebut terdiri dari beberapa batang utama yang bagian tengahnya berlubang di
pusat kapsul dan biasanya menunjukkan susunan yang disebutkan oleh hukum
Mullers. Biasanya terdiri dari dua puluh (suatu saat kelipatan dua puluh)
batang yang membentuk pola tertentu. Kelompok yang sama muncul dari tubuh 90o
dari kutub, dan dua kelompok lain muncul pada 45o di atas dan bawah
garis ekuator. Rangka dasar ini sesekali dimodifikasi dengan pertumbuhan batang
secara lateral yang membentuk lubang pada kulitnya, membentuk bentukan khas
dari dua puluh lempeng. Lapisan terluar sitoplasma kapsul ektraseluler bersatu
dengan batang kerangka, rupanya kontraktil fibril memberi sedikit perubahan
bentuk dan ukuran tubuh, juga membantu pengontrolan pengapungan.
Subordo 2. Peripylina
Memiliki spherical tebal dan terang pada pusat kapsula dengan
pori-pori yang banyak tersebar seragam. Pada beberapa spesies tidak memiliki
kerangka. Pada spesies lain, memiliki kerangka sederhana terdiri dari perpencaran
spikula ektrakapsula, kulit yang
berlubang, atau keduanya. Kulit kisi-kisi mungkin hanya satu, atau pada beberapa family memiliki
banyak bentuk konsentris.
Subordo 3. Monopylina
Dinding
tebal pada pusat kapsula yang mungkin tersusun radial atau simetri bilateral,
menunjukkan satu lempeng pori besar atau lebih, seringnya satu permukaan dari
pori kecil dengan dinding yang menebal. Psoudopodia sering muncul berlawanan
dari permukaan ini. Kerangka bersili tersusun dari elemen padat, menunjukkan 3
bagian (tripod, kapitulum, dan cincin). Bentuk dasar tripod menunjukkan nama
dari strukturnya (Gambar 2.8.a). Cincin,
jika ada berdempet dengan tripod (Gambar
2.8.b). Tumbuh dari tripod dan cincin mungkin menghasilkan kulit
berbentuk helm, yaitu Capitulum (Gambar 2.8.c). Modifikasi dari ketiga elemen
dasar tersebut, dengan pengurangan atau penambahan dari anggota tubuh dan
dekorasi, memunculkan variasi kerangka.
Gambar
2.8.a Gambar 2.8.b
Gambar 2.8.c
Subordo 4. Tripylina
Pusat kapsul memiliki satu atau dua asesori
yang terbuka, yang bagian belakang biasanya berada di arah berlawanan. Tipe
khas astropil tertutup dengan lempeng
lurik di bagian pusat yang terbuka sering berubah menjadi pipa.
Karakternya terkumpulnya materi hijau kecoklatan di bagian luar astropil.
Materi berwarna ini bertanggung jawab atas penamaan Phaeodaria, yang sering
digunakan untuk subordo ini.
c.
Reproduksi
Radiolaria
Meskipun reproduksi telah dilacak pada spesies
relatif sedikit, fisi terjadi pada spesies dengan unsur-unsur kerangka yang sederhana.
Kapsul pusat dibagi, dan setiap elemen rangka diteruskan ke organisme yang
sama. Fisi kerangka berbentuk helm tripilina tertentu. Satu organisme
mempertahankan shell tua, dan lain dan mengembangkan yang baru. Menurut Brandt,
Thallophysidae tertentu dapat menjalani plasmotomi rumit yang berbeda dari
induknya, dan menghasilkan sejumlah organisme kecil, masing-masing dengan
beberapa inti.
Bukti untuk fenomena seksual pada
Radiolarida di literatur dijelaskan mengenai gamet. Namun, syngamy belum diamati,
dan chatton menyimpulkan bahwa beberapa flagelata jelas tidak dinoflagellates
dan mereka menunjukkan kemiripan gamet dari Foraminiferida.
d.
Manfaat
Radiolaria
Mamfaat
dari Radiolaria bagi kehidupan manusia yaitu :
a.
Radiolaria yang mati akan
mengendap yang disebut lumpur radiolarian yang digunakan sebagai bahan
peledak yaitu achantometron dan collosphaera.
b.
Cangkang dari silikon (Radiolaria)
dan Kalsium Karbonat (Foraminefera). Keduanya hidup di laut, Jika hewan
tersebut mati maka cangkangnya tetap hidup utuh dalam waktu yang sangat lama
sehingga dapat berubah menjadi fosil. Fosil ini digunakan untuk menentukan umur
lapisan bumi/ sebagai petunjuk sejarah bumi.
c.
Sebagai bahan penggosok.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Foraminifera
adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test
(istilah untuk cangkang internal).
b. Foraminifera
dibedakan menjadi dua yaitu : Foraminifera Plantonik dan Foraminifera Bentonic.
c. Foraminifera
dapat ditemukan di habitat pada dasar laut (bentik), dan di permukaan laut
sampai kedalaman 1000 m(plantonik).
d. Khusus
untuk spesies yang pernah ditemukan di ambon sebanyak 61 jenis spesies
foraminifera bentik dan 25 jenis spesies foraminifera planktonik.
e. Mamfaat
dari foraminifera tersebut sebagai : Foraminifera memberikan data umur relatif
batuan sedimen laut, Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa
lampau (skala Geologi), dan Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak
bumi.
f. Radiolaria
merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas Sarcodina, filum Protozoa.
g. Habitat
dilaut lapisan teratas hingga kedalaman beberapa ratus meter.
h. Ciri
khas radiolaria adalah rangka tubuhnya, yang telah mengalami spesialisasi ke
tingkat tinggi.
i.
Lebih dari 4000 jenis spesies radiolaria
yang telah ditemukan.
j.
Radiolaria dibagi menjadi empat ordo
berdasarkan pada struktur kerangka dan persebaran pori-pori pada kapsulanya:
Actipylina, Peripylina, Monopylina, Tripylina.
k. Mamfaat
dari Radiolaria yaitu : sebagai bahan peledak yaitu achantometron dan
collosphaera, menentukan umur lapisan bumi/ sebagai petunjuk sejarah bumi, dan
Sebagai bahan penggosok.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak sekali
kekurangan maupun kesalahan yang tidak kami sadari, maka dari itu kami sangat
berharap kepada pembaca lebih khusunya dosen pengemban mata kuliah ini ( Ir.
S. Haumahu, M.Si. ) agar memberikan
sanggahan kritikan yang bersifat
membangun, supaya untuk kedepannya kami dapat menulis makalah dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Pringgopawiro H, 1984. Diktat
Mikropaleontolgi Lanjut, Laboratorium Mikropaleontologi Jur. T Geologi, ITB,
Bandung
Subandrio, A. 1994. Study
Paleobathimetry Cekungan Sumatera Utara, Subcekungan Jambi dan Cekungan Barito,
Thesis ITB, Bandung
Blow, W.H. 1969. Late Middle Eocene
to Recent Planktonic Foraminifera Biostratigraphy Cont. Planktonic Microfossil,
Geneva, 1967, Pro. Leiden, E.J Bull v.
Encyclopedia.
2005. Sarcodina. (online) (http://www.encyclopedia.com/topic/ Sarcodina.aspx. (diakses pada tanggal 04
November 2016)
Natsir, Suharti. 1989. Radiolaria dan
Penggunaannya Untuk Studi Sedimen
Purba. Jakarta : Ikatan Sarjana
Oseanologi Indonesia.
No comments:
Post a Comment
Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :