Friday, March 10, 2017

KOMUNITAS TERUMBU KARANG

MAKALAH
KOMUNITAS TERUMBU KARANG


OLEH  : ROBINSON {2014-64-002}
KELOMPOK V
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN MENEJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016

I.                   PENDAHULUAN


Karang termasuk dalam golongan hewan (Coelenterata). Yang disebut binatang karang adalah polipnya, dimana tiap polip merupakan satu individu, oleh sebab itu dalam perhitungannya tidak dihitung sebagai individu tetapi disebut koloni, karena sebuah koloni karang terdiri dari beratus-ratus polip (bahkan bisa mencapai ribuan polip bila koloninya telah berukuran besar). Cangkang atau kerangka luar dari polip terdiri dari zat kapur (kalkareus) yang merupakan proses pengendapan dari CaCO3.

Terumbu karang adalah suatu ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur bersama-sama dengan biota-biota laut lainnya yang hidup di sekitarnya seperti moluska, ekinodermatra, cacing, ikan dll.

Secara fisik karang terdiri atas : karang lunak (soft corals) dan karang batu/karang keras (Stony corals/hard corals). Karang pembentuk terumbu adalah karang batu. Namun tidak semua karang batu berfungsi dalam proses pembentukan terumbu. Karang batu pembentuk terumbu disebut Hermatypic corals dan yang tidak membentuk terumbu disebut Ahermatypic corals.

Terumbu karang menyebar hanya di perairan tropis dan subtropis yakni dari 35o LU – 32o LS, hidup pada perairan dengan suhu berkisar antara 26 – 28o C dengan kadar garam (salinitas) berkisar antara 30 – 36 ppt (walaupun kadang-kadang dijumpai juga adanya karang batu di tepi pantai yang dipengaruhi oleh air sungai; terutama pada waktu air surut), serta pada kedalaman tidak lebih dari 40 m (namun di perairan Indonesia Timur kebanyakan masih dijumpai sampai kedalaman 50 m).


II.                TAKSONOMI


Karang tergolong dalam phyllum Coelenterata. Hewan-hewan Coelenterata dicirikan dengan :
§  Memiliki Nematosis/nematosista yakni sel penyengat
§  Mempunyai satu usus berbentuk kantung
§  Tak ada rongga badan sekunder

Karang termasuk dalam 2 klas yakni Anthozoa (kebanyakan hermatypic corals) dan Hydrozoa (karang api/Millepora spp). Di perairan Indonesia jenis karang yang ditemukan > 400 jenis yang tergolong dalam 74 genera (marga).

Penampakan karang hidup di dalam laut seperti bentuk tumbuh, bentuk polip dan warna polip cukup penting dan membantu dalam identifikasi karang di bawah air. Dalam klasifikasi karang, para taksonom membutuhkan banyak informasi dari alam terutama dalam kaitannya dengan suatu spesies, genus atau famili.

Pada tingkat spesies, taksonomis karang kebanyakan memberikan perhatian secara mendetail pada struktur corallite, bentuk tumbuh dan bagaimana variasi gradient lingkungan pada suatu tempat maupun dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Pada tingkat genus, spesies merupakan unit biologi sejati sedangkan genus merupakan konsep buatan manusia. Para taksonom menetapkan suatu spesies ke dalam suatu genus atau genus lainnya tergantung pada bagaimana ketelitian dalam memperhatikan hubungannya dengan spesies lainnya dalam suatu genus. Bila terdapat keragu-raguan, taksonomis akan mengandalkan pada struktur kerangka secara mendetail.

Pada tingkat famili, penekanan berubah lagi sebab segala sesuatu dari famili karang dapat dimasukan ke dalam suatu kisaran besar, mulai dari bentuk tumbuh, soliter atau tidak, hermatypic atau ahermatypic, dari samudera mana saja maupun dari fosil-fosil dari waktu yang berbeda dalam seluruh proses evolusi Scleractinia. Karakter-karakter dari famili kadang-kadang merupakan hal yang sulit dalam identifikasi/determinasi sehingga para taksonomist seringkali menggunakan detail struktur kerangka yang sangat halus terutama struktur septo-costae.

Identifikasi merupakan pekerjaan yang sulit sehingga sistem klasifikasi harus juga menggabungkan dengan fosil. Variabilitas dari struktur karang yang terlihat pada spesies karang hidup dapat dibandingkan dengan fosil karang, namun cukup sulit karena rata-rata karakter istimewa dari spesies sejati jarang diperoleh. Sedangkan untuk genus dan famili karakter taksonomi dari fosil masih baik seperti pada karang yang masih hidup.

Dokumen dari fosil karang tidak cukup baik untuk memperlihatkan berapa banyak perubahan karang, baik distribusi maupun strukturnya dengan waktu, tetapi ia dapat menginformasikan tentang sejarah evolusi dari kelompok karang utama dan merupakan komponen utama dari klasifikasi untuk tingkat famili.


III.             ANATOMI, PERKEMBANGBIAKAN DAN PERTUMBUHAN KARANG BATU (Hermatypic coral)

A. Anatomi


Satu koloni karang batu terdiri dari berlusin-lusin polip yang berbentuk seperti tabung (bila dijulurkan), sedangkan tempat tinggal polip berbentuk seperti mangkuk. Pada tiap polip terdapat tentakel-tentakel (rumbai-rumbai) yang berjumlah 6 dan kelipatannya (tergantung jenisnya). Ukuran polip juga bervariasi tergantung jenis dan diameter koloninya. Bagian-bagian dari polip karang dapat dilihat pada Gambar 1.


B. PERKEMBANGBIAKAN


Proses perkembangbiakan karang batu dapat terjadi baik secara seksual maupun aseksual. Karang batu ada juga yang bersifat hermaprodith maupun tidak (dioecious). Proses pembuahan dapat terjadi baik di dalam maupun di luar tubuh karang “betina”. Sedangkan secara aseksual terjadi secara diploid (fragmentasi) dan “pertunasan” (budding).
Gambar 1. Hubungan antara polyp dan unsur-unsur skeletal pada karang Scleractinia.
Setelah terjadi pembuahan, maka akan terjadi zigota kemudian membentuk larva karang. Larva karang ini disebut planula. Larva planula ada yang dapat bertahan hidup lama, tetapi ada pula yang cepat mati bila belum mendapatkan tempat untuk melekatkan dirinya. Kemudian proses pembelahan polip dilakukan, setelah itu terbentuklah koloni karang. Dari mulai terjadinya zigota sampai terbentuknya koloni membutuhkan waktu antara 21 – 46 hari. Siklus hidup dari karang batu dapat dilihat pada Gambar 2 berikut inI.

C. PERTUMBUHAN KARANG BATU


Pertumbuhan karang batu didasarkan pada pertambahan : Panjang linear, Berat, volume dan luas kerangka/bangunan kapur.   Yang umumnya digunakan dalam pengukuran pertumbuhan adalah panjang dan berat.

Zooxanthella (micro algae) yang bersiombiose dengan polip karang batu selain memproduksi C juga CaCO3 yang berperan dalam proses kalsifikasi untuk pembentukan bangunan karang. Persamaan kimia dalam proses pembentukan bangunan karang tersebut adalah sebagai berikut :

                                          CaCO3 + H2CO3  ßà Ca(HCO3)2 ßà Ca ++ + 2HC3

karena Zooxanthella mengambil CO2 untuk proses fotosintesa, maka keseimbangan persamaan kimia di atas terganggu dan bergerak ke kiri sehingga terjadi pengendapan CaCO3. Senyawa CaCO3 bukan hanya dihasilkan oleh karang batu tetapi juga biota-biota laut lainnya.

Pertumbuhan karang batu relatif lama, selain itu kecepatan kalsifikasi untuk tiap spesies juga tidak sama, ada yang cepat namun ada pula yang lama. Pertumbuhan karang batu yang cepat yakni pada karang bercabang terutama jenis-jenis Acropora (ada yang dapat mencapai 2 cm/bulan), sedangkan yang pertumbuhannya lama yakni jenis-jenis massive corals seperti jenis-jenis Porites (yang bisa < 1 cm/tahun).


D. STRUKTUR DAN KLASIFIKASI


Karang batu bisa sangat besar ukurannya dan karakternya sangat kompleks tetapi organisme yang membangunnya sangat kecil yakni polip (ada yang ukurannya hanya sebesar kepala jarum pentul). Polip karang batu mirip dengan Anemon karena menyembunyikan kerangkanya.

1.      Polip Karang

a.       Kerangka Polip

Walaupun karang termasuk organisme primitif tetapi kerangkanya sangat kompleks dan sangat penting dalam identifikasi karang. Struktur polip karang sebagai berikut :
§  Corallite (kerangka polip) adalah sebuah tabung yang terdiri dari lempengan vertikal yang menyebar dari pusat tabung
§  Coenosteum adalah lempengan horisontal yang menghubungkan suatu tabung dengan tabung lainnya
§  Wall (dinding) biasanya dibentuk oleh 3 elemen kerangka yakni Septo-costae, Coenosteum dan Epitheca
§  Septa adalah elemen jari-jari corallite yang terletak di sebelah dalam
§  Coasta adalah elemen jari-jari corallite yang terletak di sebelah luar
§  Columella adalah bagian tepi dalam dari septa yang menonjol ke dalam seperti gigi
§  Paliform lobes, bentuknya seperti lingkaran di sekitar columella.

                      Gambar 3. Struktur skeletal dari karang Scleractinia
b.      Simetri

Pola dari jari-jari simetri khususnya pada septa secara umum digunakan dalam taksonomi karang. Pada pertumbuhan sebuah polip, bentuk pertama dari sebuah lingkaran yang terdiri dari 6 buah septa disebut lingkaran pertama septa (first septal cycle). Lingkaran septa kedua juga terdiri dari 6 buah septa merupakan lingkaran alternatif dari lingkaran pertama, sedangkan lingkaran ketiga dan seterusnya jumlah septa yang membentuknya merupakan kelipatan jumlah septa yang terdapat pada lingkaran sebelumnya.
    
c.       Jaringan Polip

Polip karang terdiri dari sebuah mulut dan di atasnya dikelilingi oleh tentakel-tentakel. Bagian di bawah mulut yang masuk ke dalam berbentuk seperti tabung pendek disebut pharynx yang bila terbuka akan terus ke rongga tubuh. Pharynx dihubungkan dengan wall oleh mesenteri.

Dinding tubuh polip terdiri atas 2 lapisan yakni ektodermis pada bagian luar dan gastrodermis pada bagian dalam. Kedua lapisan tersebut dipisahkan oleh mesoglea yang pada awalnya non selluler tapi lama kelamaan terdiri dari berbagai sel.

Tentakel terdiri dari 2 lapisan sel yakni ektodermis pada bagian luar dan gastrodermis pada bagian dalam. Lapisan ektodermis terdiri dari berbagai sel khusus seperti “stinging cells” dan cilia yang berfungsi untuk membantu menangkap makanan dan membersihkan sedimen. Lapisan gastrodermis terdapat zooxanthella yang diameternya + 0,008 – 0,012 mm.


2.      Koloni Karang

Pola dari formasi koloni dan bentuk pertumbuhan koloni karang batu juga penting dalam identifikasi karang.

a.       Bentuk pertumbuhan

Formasi koloni dengan tipe phaceloid dan flabelo-meandroid mempunyai bentuk tumbuh khusus, kadang-kadang digambarkan dengan nama yang sama. Formasi koloni lainnya mempunyai perbedaan yang besar dalam bentuk tumbuhnya yang mana biasanya digambarkan berdasarkan bentuknya daripada strukturnya. Penamaan umum yang sering digunakan adalah :

§  Massive = semua dimensinya mirip, umumnya berbentuk bulat
§  Columnar = bentuknya seperti tiang
§  Encrusting = menempel pada substrat dan muncul tonjolan-tonjolan ke atas
§  Branching = bercabang/mirip pohon
§  Digitate = seperti jari tangan
§  Foliaceus = mirip daun
§  Laminar (Tabulate) = Datar berbentuk seperti meja atau papan
§  Solitery = soliter (bebas)


Gambar 4. Bentuk tumbuh dari koloni karang batu

b.      Formasi Koloni

Bentuk koloni karang terjadi melalui suatu proses pertunasan (Budding), dimana polip induk membelah diri menjadi 2 atau lebih polip (intratentacular budding), atau polip lainnya disamping polip induk yang membelah diri (extratentacular budding), atau polip kehilangan identitas dirinya sebagai individu dan membentuk celah/lembah yang bersambungan. Formasi koloni karang terdiri dari :

§  Plocoid atau Phaceloid = bila corallite dari suatu koloni mempunyai dinding tersendiri, tergantung seberapa panjangnya,
§  Meandroid atau cerioid = bila masing-masing corallite tidak memiliki dinding tersendiri, tergantung pada ada celah atau tidak
§  Flabelo-meandroid = jika bentuk celah/lembah tidak mempunyai dinding corallite yang umum.

Gambar 5. Formasi dari koloni karang batu.
c.       Variasi bentuk tumbuh

Perkembangan bentuk tumbuh karang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Variasi bentuk tumbuh ini sangat jelas terlihat pada zona tubir terumbu (Reef slope zone).
§  Pada zona tubir bagian atas yang sering dihantam gelombang bentuk koloninya kecil, kerdil dan solid
§  Pada zona tubir bagian bawah dimana pengaruh gelombang relatif lemah, koloni karangnya besar, berbagai bentuk tumbuh nampak di sini.
§  Pada bagian yang lebih dalam lagi dimana tidak ada pengaruh gelombang tetapi cahaya telah tereduksi, bentuk tumbuhnya tabulate dan struktur bercabang sangat umum.




Namun untuk kepentingan monitoring kondisi terumbu karang (tanpa harus melakukan identifikasi secara lengkap) dengan menggunakan metode LIT (Line Intercepth Transect/Transek perpotongan garis), maka karang batu dibedakan menjadi 2 komponen utama yakni Acropora, Non Acropora. Non Acropora terbagi lagi menjadi 4 sub komponen yakni Millepora (CME), Heliopora (CHL), jenis-jenis karang dari famili Fungidae/karang jamur (CMR) dan jenis-jenis lainnya yang tidak  termasuk dalam ke-3 kelompok tersebut seperti terlihat pada Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Bentuk-bentuk pertumbuhan bentik dari Kelompok karang Acropora

Gambar 7. Bentuk-bentuk pertumbuhan bentik dari Kelompok karang Non Acropora

No comments:

Post a Comment

Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :