MAKALAH
KOMUNITAS TERUMBU
KARANG
OLEH : ROBINSON {2014-64-002}
KELOMPOK V
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN MENEJEMEN SUMBER DAYA
PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
I. PENDAHULUAN
Karang termasuk dalam golongan hewan
(Coelenterata). Yang disebut binatang karang adalah polipnya, dimana tiap polip
merupakan satu individu, oleh sebab itu dalam perhitungannya tidak dihitung
sebagai individu tetapi disebut koloni, karena sebuah koloni karang terdiri
dari beratus-ratus polip (bahkan bisa mencapai ribuan polip bila koloninya
telah berukuran besar). Cangkang atau kerangka luar dari polip terdiri dari zat
kapur (kalkareus) yang merupakan proses pengendapan dari CaCO3.
Terumbu karang adalah suatu ekosistem di
dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur
khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur bersama-sama dengan
biota-biota laut lainnya yang hidup di sekitarnya seperti moluska,
ekinodermatra, cacing, ikan dll.
Secara fisik karang terdiri atas : karang lunak (soft corals) dan
karang batu/karang keras (Stony corals/hard corals). Karang pembentuk terumbu
adalah karang batu. Namun tidak semua karang batu berfungsi dalam proses
pembentukan terumbu. Karang batu pembentuk terumbu disebut Hermatypic corals
dan yang tidak membentuk terumbu disebut Ahermatypic corals.
Terumbu karang menyebar hanya di
perairan tropis dan subtropis yakni dari 35o LU – 32o LS,
hidup pada perairan dengan suhu berkisar antara 26 – 28o C dengan
kadar garam (salinitas) berkisar antara 30 – 36 ppt (walaupun kadang-kadang
dijumpai juga adanya karang batu di tepi pantai yang dipengaruhi oleh air
sungai; terutama pada waktu air surut), serta pada kedalaman tidak lebih dari
40 m (namun di perairan Indonesia Timur kebanyakan masih dijumpai sampai
kedalaman 50 m).
II. TAKSONOMI
Karang tergolong dalam phyllum
Coelenterata. Hewan-hewan Coelenterata dicirikan dengan :
§ Memiliki Nematosis/nematosista yakni sel penyengat
§ Mempunyai satu usus berbentuk kantung
§ Tak ada rongga badan sekunder
Karang termasuk dalam 2 klas yakni
Anthozoa (kebanyakan hermatypic corals) dan Hydrozoa (karang api/Millepora spp). Di perairan Indonesia jenis
karang yang ditemukan > 400 jenis yang tergolong dalam 74 genera (marga).
Penampakan karang hidup di dalam laut
seperti bentuk tumbuh, bentuk polip dan warna polip cukup penting dan membantu
dalam identifikasi karang di bawah air. Dalam klasifikasi karang, para taksonom
membutuhkan banyak informasi dari alam terutama dalam kaitannya dengan suatu
spesies, genus atau famili.
Pada tingkat spesies, taksonomis karang kebanyakan memberikan perhatian secara mendetail
pada struktur corallite, bentuk tumbuh dan bagaimana variasi gradient
lingkungan pada suatu tempat maupun dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Pada tingkat genus, spesies merupakan unit biologi sejati sedangkan genus merupakan
konsep buatan manusia. Para taksonom menetapkan suatu spesies ke dalam suatu
genus atau genus lainnya tergantung pada bagaimana ketelitian dalam
memperhatikan hubungannya dengan spesies lainnya dalam suatu genus. Bila
terdapat keragu-raguan, taksonomis akan mengandalkan pada struktur kerangka
secara mendetail.
Pada tingkat famili, penekanan berubah lagi sebab segala sesuatu dari famili karang dapat
dimasukan ke dalam suatu kisaran besar, mulai dari bentuk tumbuh, soliter atau
tidak, hermatypic atau ahermatypic, dari samudera mana saja maupun dari
fosil-fosil dari waktu yang berbeda dalam seluruh proses evolusi Scleractinia.
Karakter-karakter dari famili kadang-kadang merupakan hal yang sulit dalam
identifikasi/determinasi sehingga para taksonomist seringkali menggunakan
detail struktur kerangka yang sangat halus terutama struktur septo-costae.
Identifikasi merupakan pekerjaan yang
sulit sehingga sistem klasifikasi harus juga menggabungkan dengan fosil.
Variabilitas dari struktur karang yang terlihat pada spesies karang hidup dapat
dibandingkan dengan fosil karang, namun cukup sulit karena rata-rata karakter
istimewa dari spesies sejati jarang diperoleh. Sedangkan untuk genus dan famili
karakter taksonomi dari fosil masih baik seperti pada karang yang masih hidup.
Dokumen dari fosil karang tidak cukup
baik untuk memperlihatkan berapa banyak perubahan karang, baik distribusi
maupun strukturnya dengan waktu, tetapi ia dapat menginformasikan tentang
sejarah evolusi dari kelompok karang utama dan merupakan komponen utama dari
klasifikasi untuk tingkat famili.
III.
ANATOMI, PERKEMBANGBIAKAN
DAN PERTUMBUHAN KARANG BATU (Hermatypic coral)
A. Anatomi
Satu koloni karang batu terdiri dari berlusin-lusin
polip yang berbentuk seperti tabung (bila dijulurkan), sedangkan tempat tinggal
polip berbentuk seperti mangkuk. Pada tiap polip terdapat tentakel-tentakel
(rumbai-rumbai) yang berjumlah 6 dan kelipatannya (tergantung jenisnya). Ukuran
polip juga bervariasi tergantung jenis dan diameter koloninya. Bagian-bagian
dari polip karang dapat dilihat pada Gambar 1.
B. PERKEMBANGBIAKAN
Proses perkembangbiakan karang batu
dapat terjadi baik secara seksual maupun aseksual. Karang batu ada juga yang bersifat
hermaprodith maupun tidak (dioecious). Proses pembuahan dapat terjadi baik di
dalam maupun di luar tubuh karang “betina”. Sedangkan secara aseksual terjadi
secara diploid (fragmentasi) dan “pertunasan” (budding).
Gambar 1. Hubungan antara polyp dan unsur-unsur
skeletal pada karang Scleractinia.
Setelah terjadi pembuahan, maka akan terjadi zigota
kemudian membentuk larva karang. Larva karang ini disebut planula. Larva
planula ada yang dapat bertahan hidup lama, tetapi ada pula yang cepat mati
bila belum mendapatkan tempat untuk melekatkan dirinya. Kemudian proses
pembelahan polip dilakukan, setelah itu terbentuklah koloni karang. Dari mulai
terjadinya zigota sampai terbentuknya koloni membutuhkan waktu antara 21 – 46
hari. Siklus hidup dari karang batu dapat dilihat pada Gambar 2 berikut inI.
C. PERTUMBUHAN KARANG BATU
Pertumbuhan karang batu didasarkan pada
pertambahan : Panjang linear, Berat, volume dan luas kerangka/bangunan
kapur. Yang umumnya digunakan dalam
pengukuran pertumbuhan adalah panjang dan berat.
Zooxanthella (micro algae) yang
bersiombiose dengan polip karang batu selain memproduksi C juga CaCO3
yang berperan dalam proses kalsifikasi untuk pembentukan bangunan karang.
Persamaan kimia dalam proses pembentukan bangunan karang tersebut adalah
sebagai berikut :
CaCO3
+ H2CO3 ßà Ca(HCO3)2 ßà Ca ++ + 2HC3
karena Zooxanthella mengambil CO2
untuk proses fotosintesa, maka keseimbangan persamaan kimia di atas terganggu
dan bergerak ke kiri sehingga terjadi pengendapan CaCO3. Senyawa
CaCO3 bukan hanya dihasilkan oleh karang batu tetapi juga
biota-biota laut lainnya.
Pertumbuhan karang batu relatif lama,
selain itu kecepatan kalsifikasi untuk tiap spesies juga tidak sama, ada yang
cepat namun ada pula yang lama. Pertumbuhan karang batu yang cepat yakni pada
karang bercabang terutama jenis-jenis Acropora
(ada yang dapat mencapai 2 cm/bulan), sedangkan yang pertumbuhannya lama
yakni jenis-jenis massive corals seperti jenis-jenis Porites (yang bisa < 1 cm/tahun).
D. STRUKTUR DAN KLASIFIKASI
Karang batu bisa sangat besar ukurannya
dan karakternya sangat kompleks tetapi organisme yang membangunnya sangat kecil
yakni polip (ada yang ukurannya hanya sebesar kepala jarum pentul). Polip
karang batu mirip dengan Anemon karena menyembunyikan kerangkanya.
1.
Polip Karang
a.
Kerangka Polip
Walaupun karang termasuk organisme primitif tetapi kerangkanya sangat
kompleks dan sangat penting dalam identifikasi karang. Struktur polip karang
sebagai berikut :
§ Corallite (kerangka polip) adalah sebuah tabung yang terdiri dari
lempengan vertikal yang menyebar dari pusat tabung
§ Coenosteum adalah lempengan horisontal yang menghubungkan suatu tabung
dengan tabung lainnya
§ Wall (dinding) biasanya dibentuk oleh 3 elemen kerangka yakni
Septo-costae, Coenosteum dan Epitheca
§ Septa adalah elemen jari-jari corallite yang terletak di sebelah dalam
§ Coasta adalah elemen jari-jari corallite yang terletak di sebelah luar
§ Columella adalah bagian tepi dalam dari septa yang menonjol ke dalam
seperti gigi
§ Paliform lobes, bentuknya seperti lingkaran di sekitar columella.
Gambar 3. Struktur
skeletal dari karang Scleractinia
b.
Simetri
Pola dari jari-jari simetri khususnya pada septa secara umum digunakan
dalam taksonomi karang. Pada pertumbuhan sebuah polip, bentuk pertama dari
sebuah lingkaran yang terdiri dari 6 buah septa disebut lingkaran pertama septa
(first septal cycle). Lingkaran septa kedua juga terdiri dari 6 buah septa
merupakan lingkaran alternatif dari lingkaran pertama, sedangkan lingkaran
ketiga dan seterusnya jumlah septa yang membentuknya merupakan kelipatan jumlah
septa yang terdapat pada lingkaran sebelumnya.
c.
Jaringan Polip
Polip karang terdiri dari sebuah mulut dan di atasnya dikelilingi oleh
tentakel-tentakel. Bagian di bawah mulut yang masuk ke dalam berbentuk seperti
tabung pendek disebut pharynx yang bila terbuka akan terus ke rongga tubuh.
Pharynx dihubungkan dengan wall oleh mesenteri.
Dinding tubuh polip terdiri atas 2
lapisan yakni ektodermis pada bagian luar dan gastrodermis pada bagian dalam.
Kedua lapisan tersebut dipisahkan oleh mesoglea yang pada awalnya non selluler
tapi lama kelamaan terdiri dari berbagai sel.
Tentakel terdiri dari 2 lapisan sel
yakni ektodermis pada bagian luar dan gastrodermis pada bagian dalam. Lapisan
ektodermis terdiri dari berbagai sel khusus seperti “stinging cells” dan cilia
yang berfungsi untuk membantu menangkap makanan dan membersihkan sedimen.
Lapisan gastrodermis terdapat zooxanthella yang diameternya + 0,008 –
0,012 mm.
2.
Koloni Karang
Pola dari formasi koloni dan bentuk
pertumbuhan koloni karang batu juga penting dalam identifikasi karang.
a.
Bentuk pertumbuhan
Formasi koloni dengan tipe phaceloid dan flabelo-meandroid mempunyai
bentuk tumbuh khusus, kadang-kadang digambarkan dengan nama yang sama. Formasi
koloni lainnya mempunyai perbedaan yang besar dalam bentuk tumbuhnya yang mana
biasanya digambarkan berdasarkan bentuknya daripada strukturnya. Penamaan umum
yang sering digunakan adalah :
§ Massive = semua dimensinya mirip, umumnya berbentuk bulat
§ Columnar = bentuknya seperti tiang
§ Encrusting = menempel pada substrat dan muncul tonjolan-tonjolan ke
atas
§ Branching = bercabang/mirip pohon
§ Digitate = seperti jari tangan
§ Foliaceus = mirip daun
§ Laminar (Tabulate) = Datar berbentuk seperti meja atau papan
§ Solitery = soliter (bebas)
Gambar 4. Bentuk tumbuh dari koloni karang batu
b.
Formasi Koloni
Bentuk koloni karang terjadi melalui suatu proses pertunasan (Budding),
dimana polip induk membelah diri menjadi 2 atau lebih polip (intratentacular
budding), atau polip lainnya disamping polip induk yang membelah diri
(extratentacular budding), atau polip kehilangan identitas dirinya sebagai
individu dan membentuk celah/lembah yang bersambungan. Formasi koloni karang
terdiri dari :
§ Plocoid atau Phaceloid = bila corallite dari suatu koloni mempunyai dinding
tersendiri, tergantung seberapa panjangnya,
§ Meandroid atau cerioid = bila masing-masing corallite tidak memiliki
dinding tersendiri, tergantung pada ada celah atau tidak
§ Flabelo-meandroid = jika bentuk celah/lembah tidak mempunyai dinding
corallite yang umum.
Gambar 5.
Formasi dari koloni karang batu.
c.
Variasi bentuk tumbuh
Perkembangan bentuk tumbuh karang sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Variasi bentuk tumbuh ini sangat jelas terlihat pada zona tubir
terumbu (Reef slope zone).
§ Pada zona tubir bagian atas yang sering dihantam gelombang bentuk
koloninya kecil, kerdil dan solid
§ Pada zona tubir bagian bawah dimana pengaruh gelombang relatif lemah,
koloni karangnya besar, berbagai bentuk tumbuh nampak di sini.
§ Pada bagian yang lebih dalam lagi dimana tidak ada pengaruh gelombang
tetapi cahaya telah tereduksi, bentuk tumbuhnya tabulate dan struktur bercabang
sangat umum.
Namun untuk kepentingan monitoring
kondisi terumbu karang (tanpa harus melakukan identifikasi secara lengkap)
dengan menggunakan metode LIT (Line Intercepth Transect/Transek perpotongan
garis), maka karang batu dibedakan menjadi 2 komponen utama yakni Acropora,
Non Acropora. Non Acropora terbagi lagi menjadi 4 sub komponen yakni Millepora
(CME), Heliopora (CHL), jenis-jenis karang dari famili
Fungidae/karang jamur (CMR) dan jenis-jenis lainnya yang tidak termasuk dalam ke-3 kelompok tersebut seperti
terlihat pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6. Bentuk-bentuk pertumbuhan
bentik dari Kelompok karang Acropora
Gambar 7. Bentuk-bentuk pertumbuhan bentik dari Kelompok karang Non
Acropora
No comments:
Post a Comment
Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :