Thursday, March 16, 2017

SEKSUALITAS DAN KEMATANGAN GONAD PADA IKAN TUNA (Katsuwonus pelamis)



"Seksualitas dan kematangan gonad pada ikan Tuna (Katsuwonus pelamis)"


1.      Seksualitas ikan tuna
Tuna memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet. Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisik-sisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang (vertebrae) antara 31–66 buah.

2.      Tingkat Kematangan Gonad pada Ikan Tuna
            Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan tuna hanya dapat mencapai TKG II (menurut klasifikasi Cassi) atau dengan nilai GSI 1-2 %. Nilai GSI ikan tuna betina ketika akan bereproduksi dapat mencapai 60 % pada panjang tubuh 70 - 80 cm dan berat tubuh 700 – 1.200 gram. Telur yang dihasilkan mencapai 5 – 10 juta butir. Jenis kelamin ikan salmon dipengaruhi oleh densitas suatu daerah.
Daging ikan tuna mempunyai kandungan vitamin A sebanyak 4.700 IU/100g lebih tinggi dari daging ikan sarden, babi dan mentega yang mempunyai kandungan vitamin A di bawah 2.000 IU/100g.
Ternyata kandungan vitamin A dari hati ikan tuna sangat tinggi dan bisa mencapai 15.000IU/100g.
Selain vitamin A ternyata kandungan DHA dan EPA dari daging ikan stuna jauh lebih tinggi dari ikan tenggiri. Kandungan DHA dan EPA ikan tuna bisa mencapai 1.337 mg/100g untuk kandungan DHA dan 742 mg/100g untuk kandungan EPA. Kandungan tersebut jauh lebih tinggi dari kandungan DHA dan EPA dari ikan tengiri yang hanya mencapai 820 mg/100g untuk DHA dan 492 mg/100 g untuk EPA. (MJ-Sidatmania).
Aspek yang luar biasa dari fisiologi tuna adalah kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Sebagai contoh, tuna sirip biru dapat mempertahankan suhu tubuh 75-95 °F (24-35 °C), dalam air dingin bersuhu 43 °F (6 °C). Namun, tidak seperti makhluk endotermik seperti mamalia dan burung, ikan tuna tidak dapat mempertahankan suhu dalam kisaran yang relatif sempit.
Tuna mampu melakukan hal tersebut dengan cara menghasilkan panas melalui proses metabolisme. Rete mirabile, jalinan pembuluh vena dan arteri yang berada di pinggiran tubuh, memindahkan panas dari darah vena ke darah arteri. Hal ini akan mengurangi pendinginan permukaan tubuh dan menjaga otot tetap hangat. Ini menyebabkan tuna mampu berenang lebih cepat dengan energi yang lebih sedikit.

Pengamtan kematangan gonad pada ikan dilakukan dengan dua cara, yaitu cara histologi pengamatan di laboratorium berupa pembendahan sehingga dapat diketahui anatomi perkembangan gonad secara jelas dan mendetail. Cara yang lainnya yaitu cara morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium atau di lapangan. dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat kematangan gonad ini adalah bentuk, ukuran, panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat terlihat.

3.      Fekunditas pada Ikan Tuna
            Fekunditas atau jumlah telur pada satu individu ikan tuna diperkirakan oleh ahli antara 1.5 sampai 5 juta butir. Jenis ikan tuna yang paling banyak tertangkap di Indonesia misalnya yaitu jenis tuna sirip kuning atau yang dikenal dengan nama lokal madidahang (yellowfin / Thunnus albacares), mencapai dewasa dan bertelur pada ukuran 100-120 cm panjang cagak (fork length) atau dengan berat di atas 20 Kg. 

Sementara itu para pakar menggolongkan Ikan tuna sirip kuning juvenil (baby tuna) dengan ukuran di bawah 20 Kg, yang kemungkinan besar belum sempat mengeluarkan telurnya ke alam.  Istilah ilmiah untuk tuna juvenil tersebut dikenal dengan istilah tingkat kematangan gonad (TKG) belum sampai TKG empat.  Sehingga penangkapan tuna juvenil berpotensi menghilangkan peluang lahirnya ikan-ikan tuna lainnya sebanyak jutaan individu tersebut.  Bagaimana jika tuna-tuna juvenil yang tertangkap berada di angka ratusan atau bahkan ribuan individu?.
Data yang diperoleh di staf WWF di Wakatobi sejak tahun 2008-2011, menunjukkan masih tingginya hasil tangkapan tuna juvenil oleh nelayan di Wakatobi sebanyak 2.026 individu.  Data ini dikumpulkan dari koordinator atau pengumpul potongan daging tuna  selama 4 tahun, yaitu masing-masing beranggotakan 7 orang (2008), 6 orang (2009), 3 orang (2010) dan 8 orang (2011).  Tuna juvenil dapat diketahui dari berat potongan daging di bawah 10 Kg, dengan rata-rata 1 individu tuna menghasilkan kurang lebih 50% daging potongan daging tuna.  Hanya sebagian koordinator yang mencatat berat potongan daging per individu, sehingga data tidak dapat dikelola secara lengkap dari semua hasil tangkapan atau potongan daging yang didata oleh koordinator.


Sumber :
Bahar, S., dan Priyanto R. 1987. Telaah Mengenal Panjang Cagak Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Yang Tertangkap Di Indonesia Pada Tahun 1985. Jurnal Pendidikan Perikanan Laut. Vol. X, No. 41 : 11-17. Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
http://valnoval.blogspot.com/2010/09/fekunditas.html Diakses tanggal 28 september 2016


No comments:

Post a Comment

Nama :
Alamat E-mail :
Pesan :